Hadits Arba'in ke 31: Hakekat Zuhud (Bag.4) 📚 Al-Wafi; Imam Nawawi; DR.Musthafa Dieb al-Bugha. عَنْ أَبِي الْعَبَّاس سَهْل بِنْ سَعْد السَّاعِدِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
Dua cinta, satu amalan. Itulah Zuhud. Zuhud pada dunia akan mencapai cinta Allah Ta’ala. Zuhud pada manusia, maka cinta manusia pun akan tergapai. Dan ini adalah pesan dari Nabi yang mulia dan agung, Rasulullah SAW. Hadits Arbain ke-31 membicarakan tentang cinta. Yaitu bagaimana meraih cinta Allah Ta’ala serta menggapai cinta manusia. Tema ini dipilih oleh seseorang yang datang kepada Nabi SAW dan menanyakan langsung kepada beliau. Dia bertanya, “Tunjukkanlah amalan, jika aku mengamalkannya, Allah Ta’ala dan manusia mencintaiku”. Rasulullah SAW bersabda عَنْ أَبي العَباس سَهلٍ بنِ سَعدِ السَّاعِدي رضي الله عنه قَالَ أتى النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ دُلَّنِيْ عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ، وَأَحبَّنِيَ النَاسُ؟ فَقَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم ازْهَدْ فِي الدُّنيَا يُحِبَّكَ اللهُ، وازْهَدْ فيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبَّكَ النَّاسُ حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه وَغَيْرُهَ بِأَسَانِيْدَ حَسَنَةٍ. Dari Abul Abbas Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi ra, ia berkata Seseorang telah datang kepada Nabi SAW lalu mengatakan Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku sebuah amalan yang apabila aku mengamalkannya Allah Ta’ala dan manusia mencintaiku, maka beliau SAW menjawab ”Bersikaplah zuhud terhadap dunia, niscaya Allah Ta’ala akan mencintaimu dan bersikaplah zuhud engkau terhadap apa yang ada pada manusia niscaya mereka akan mencintaimu.” Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah 4102, Ath Thabrani dalam al Kabir 5972, Abu Nu’aim dalam al Hilyah 3/253 dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 7/344. Meraih cinta Allah Ta’ala dan cinta dari manusia adalah dua kebaikan yang menjadi cita-cita sangat mulia. Jika keduanya dikumpulkan, maka itulah yang terbaik. Namun, cinta yang paling utama adalah cinta Ar-Rahman, cinta Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Namun, apa sikap jika mengejar cinta-Nya, sementara manusia membencinya. Maka yang harus didahulukan adala cinta Allah di atas cinta manusia. Tak jarang para nabi pun mendapat kebencian di kalangan ummat mereka karena mengejar cinta-Nya. Jangan takut, dengan cinta Allah, cinta manusia tidak akan sulit digapai jika Allah menghendaki. Terkait dengan hal ini, Rasulullah SAW memberikan petunjuk, yaitu beliau bersabda مَنِ الْتَمَسَ رِضَا اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ رَضِيَ الِلَّهِ عَنْهُ وَأَرْضَى النَّاسَ عَنْهُ “Barangsiapa yang mencari ridha Allah dengan kemurkaan manusia, maka Allah akan ridha padanya dan Allah akan menjadikan manusia ridha kepada dia.” وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللهِ سَخِطَ اللهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ النَّاسَ عَلَيْهِ “Dan barangsiapa yang mencari ridha manusia dengan mengorbankan ridha Allah, maka Allah akan murka padanya dan Allah akan menjadikan manusia murka kepadanya suatu saat.” HR. Ibnu Hibban Dalam Syarah Imam An-Nawawi, beliau berkata, zuhud adalah meninggalkan perkara dunia yang tidak dibutuhkan meskipun halal, dan membatasi diri pada kecukupan. Sedangkan wara’ adalah meninggalkan perkara syubhat. Seperti yang sering kita lihat, dua sifat inilah yang selalu tercermin pada diri ulama, yaitu zuhud dan wara’. Dari dua sifat itu lahirlah sifat-sifat sederhana, bersahaja, tawadu’, dan bijaksana. Jika dua sifat itu jauh, maka sikap gelamor akan mendominasi, elitis, bahkan mungkin berlebihan. Para ulama mengatakan, manusia yang paling berakal adalah orang-orang yang berzuhud. Karena mereka mencintai apa yang dicintai oleh Allah dan membenci apa yang dibenci oleh Allah berupa mengumpulkan kesenangan-kesenangan dunia. Imam Syafi’i berkata “Seandainya aku berwasiat kepada orang yang paling betrakal, maka hendaklah wasiat itu diberikan kepada orang-orang yang berzuhud. Ada pula sebuah syair tentang zuhud yang artinya cukup baik, yakni Jadilah seorang yang zuhud terhadap apa yang dikuasai tangan-tangan manusia. Niscaya engkau akan menjadi orang yang dicintai semua makhluk. Tidakkah engkau perhatikan singa yang tidak memakan santaoan mereka. Maka ia akan menjadi raja dalam sarang itu. Imam Syafi’i mengatakan tentang tercelanya dunia Siapa yang mencicipi dunia maka aku telah merasakannya. Didatangkan kepada kami kelezatannya dan azabnya. Aku tidak melihat kecuali tipu daya dan kebatilan. Seperti fatamorgana yang terlihat di permukaan gurun. Dunia tidak lain hanyalah bangkai tipuan. Yang diincar anjing-anjing yang bermaksud mengambilnya. Jika kamu menjauhinya maka kamu selamat. Jika kamu mengambilnya maka anjing-anjing itu berebut denganmu. Tinggalkan darimu hal-hal yang berlebihan. Karena itu haram dilakukan oleh jiwa yang bertakwa. Berkaitan dengan bait terakhir di atas, “Haram dilakukan oleh jiwa yang bertakwa“, Al-Baghawi mengatakan hal itu menunjukkan diharamkannya gembira dengan dunia. Al-Baghawi menegaskan itu ketika menafsirkan firman Allah وَفَرِحُوا۟ بِٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا “Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia” QS Ar-Rad 26 Kemudian yang dimaksud dengan dunia yang tercela ialah mencari yang lebih dari kecukupan. Ingat, kalau sekadar mencari kecukupan adalah wajib. Sebagian ulama menyebutkan, dunia tercela yang dimaksud adalah berkaitan dengan Qur’an Surat Ali Imran ayat 14 زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik surga.” Perhatikan akhir ayat di atas, “Itulah kesenangan hidup di dunia” bermakna kelebihan atau dunia yang tercela. Dalam Syarah Imam An-Nawawi, Imam Ibnu Daqiq berkata, ketahuilah bahwa Rasulullah SAW telah menganjurkan supaya menganggap kecil dunia dan berzuhud di dalamnya, dengan sabdanya “Jadilah kamu di dunia seolah-olah kamu sebagai orang asing atau musafir”. HR Bukhari no 6416 Beliau juga bersabda “Mencintai dunia adalah pokok segala kesalahan“. HR al-Baihaqi Masih dalam Syarah Imam An-Nawawi, Ibnu Utsaimin berkata, zuhud artinya tinggalkan di dunia apa yang tidak bermanfaat bagimu di akhirat. Maknanya, Rasulullah memotivasi untuk mencintai akhirat dengan memerintahkan ummatnya untuk berzuhud. Dikatakan, dunia dan akhirat adalah dua sisi, jika seorang berzuhud di salah satu keduanya berarti ia mencintai yang lainnya. Hemat penulis, cinta dunia berarti akhirat tertinggal. Cinta akhirat maka dunia yang akan ditinggalkan. Wallahu a’lam. Aza HaditsArbain Ke 34 - Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Hadits Arbain Ke 35 - Semua Muslim Bersaudara. Hadits Arbain Ke 36 - Hadits Tentang Tolong Menolong. Hadits Arbain Ke 37 - Allah Mencatat Kebaikan dan Keburukan. Hadits Arbain Ke 38 - Wali Allah Adalah Orang-Orang Yang Beriman dan Bertakwa.loading... 3. Islam Dibangun di atas Lima Dasarعَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ البَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌDari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma dia berkata ”Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda ”Islam itu dibangun di atas lima dasar persaksian syahadat bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah subhanahu wa ta’ala dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, haji ke Baitullah dan puasa di bulan Ramadhan.” HR. Al Bukhari dan Muslim4. Takdir Setiap Manusia sudah Tertulisعَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ الـْمَصْدُوْقُ إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمَاً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الـْمَلَكُ فَيَنفُخُ فِيْهِ الرٌّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَالله الَّذِيْ لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلاذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَايَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا. رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, dia berkata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bercerita kepada kami, dan beliau adalah orang yang benar lagi dibenarkan ”Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama 40 hari berwujud nuthfah mani, kemudian menjadi alaqah gumpalan darah selama itu juga, kemudian menjadi mudghah gumpalan daging selama itu juga. Kemudian diutus seorang malaikat, lalu dia meniupkan ruh kepadanya, dan dia malaikat tadi diperintah untuk menulis 4 kalimat perkara tentang rezekinya, amalannya, ajalnya dan apakah dia termasuk orang yang sengsara atau Allah, Dzat yang tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian, benar-benar beramal dengan amalan penduduk jannah surga sehingga jarak antara dia dengan jannah itu tinggal sehasta. Namun dia didahului oleh al kitab catatan takdirnya sehingga dia beramal dengan amalan penduduk neraka, maka diapun masuk ke dalamnya. Dan sunguh, salah deorang dari kalian beramal dengan amalan penduduk neraka hingga jarak antara di dengan neraka tinggal satu hasta. Namun dia didahului oleh catatan takdir, sehingga dia beramal dengan amalan penduduk jannah, maka dia masuk ke dalamnya.” HR Al Bukhari dan Muslim5. Larangan Membuat Sesuatu yang Baru dalam Agamaعَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهَ وَسَلَّمَ “مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ” رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ. وَفِيْ رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ “مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهَ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ”“Dari Ummul Mukminin, Ummu Abdillah Aisyah radhiyallahu anha, dia berkata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Barangsiapa yang memulai mengada-adakan sesuatu yang baru dalam urusan agama kami ini yang bukan termasuk bagian darinya, maka amalan tersebut tertolak.” HR. Bukhari dan Muslim[1]Dalam riwayat Muslim disebutkan ”Barangsiapa yang mengerjakan sebuah amalan yang tidak terdapat padanya perintah kami, maka amalan tersebut tertolak.” HR al Bukhari 2697 dan Muslim 1718.6. Segala Hal yang Haram dan yang Halal telah Jelasعَنْ أَبِيْ عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بِشِيْر رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ إِنَّ الحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاس، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدِ اسْتَبْرأَ لِدِيْنِهِ وعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِيْ الحَرَامِ كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَقَعَ فِيْهِ. أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمَىً. أَلا وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ، أَلاَ وإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وإذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهيَ اْلقَلْبُ رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌDari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiyallahu anhu, ia berkata Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda ”Sesungguhnya perkara yang halal itu telah jelas dan perkara yang haram itu telah jelas. Dan di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang samar, tidak diketahui oleh mayoritas manusia. Barang siapa yang menjaga diri dari perkara-perkara samar tersebut, maka dia telah menjaga kesucian agama dan kehormatannya. Barang siapa terjatuh ke dalam perkara syubhat, maka dia telah terjatuh kepada perkara haram, seperti seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar daerah larangan hima, dikhawatirkan dia akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah, bahwa setiap raja itu mempunyai hima, ketahuilah bahwa hima Allah subhanahu wa ta’ala adalah segala yang Allah subhanahu wa ta’ala haramkan. Ketahuilah bahwa dalam tubuh manusia terdapat sepotong daging. Apabila daging tersebut baik maka baik pula seluruh tubuhnya dan apabila daging tersebut rusak maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah segumpal daging tersebut adalah kalbu hati. [HR. Al-Bukhari dan Muslim]7. Agama Ini adalah Nasehatعَنْ أَبِيْ رُقَيَّةَ تَمِيْم بْنِ أَوْسٍ الدَّارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قُلْنَا لِمَنْ؟ قَالَ للهِ، وَلِكِتَابِهِ، ولِرَسُوْلِهِ، وَلأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ، وَعَامَّتِهِمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌDari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad Dari radhiyallahu anhu, dia berkata “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda ”Agama itu nasihat.” Kami bertanya ”Untuk siapa?” Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab ”Untuk Allah, untuk kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk pemimpin kaum muslimin dan seluruh kaum muslimin.” HR Muslim no 558. Terjaganya Darah dan Harta Seorang Muslimعَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُوْلُ اللهِ وَيُقِيْمُوْا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوْا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ عَصَمُوْا مِنِّيْ دِمَاءَهَمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ تَعَالَى. رَوَاهُ اْلبُخَارِي وَمُسْلِمٌ“Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda ”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Maka apabila mereka telah melakukan itu semua, maka mereka telah melindungi darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak Islam dan perhitungan mereka hisab di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.” HR. Al- Bukhari dan Muslim
TerjemahHadits Ke 31 (KeTiga Puluh Satu) Kitab Arbain Nawawi Beserta arti dan Penjelasannya Ringkas Oleh terjemahan kitab Oktober 16, 2021 Kitab Arbain Nawawi atau Al-Arba'in An-Nawawiyah (Arab:الأربعون النووية) Arba'în berarti 40 , namun hadis dalam kitab ini tidak berjumlah persis 40, melainkan 42 hadits. E9bd.