Haditske 31 Kitab Arbain Nawawi Tulisan Arab Berharakat Beserta Artinya. Kitab Arbain Nawawi atau Al-Arba'in An-Nawawiyah (Arab:الأربعون النووية) kitab hadis 40 hadis masyhur pilihan. Arba'în artinya 40 , akan tetapi hadis dalam kitab arbain nawawi tidaklah persis 40, melainkan 42 hadits. Arbaîn Nawawiyah yang disusun oleh

By Selasa, 15 Juni 2021 pukul 127 pmTerakhir diperbaharui Jumat, 18 Juni 2021 pukul 111 pmTautan Hadits Arbain 31 – Anjuran Untuk Menjadi Orang Zuhud merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, dalam pembahasan Al-Arba’in An-Nawawiyah الأربعون النووية atau kitab Hadits Arbain Nawawi Karya Imam Nawawi Rahimahullahu Ta’ala. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 1 Ramadhan 1442 H / 13 April 2021 M. Status Program Kajian Kitab Hadits Arbain Nawawi Status program kajian Hadits Arbain Nawawi AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa sore pekan ke-2 dan pekan ke-4, pukul 1630 - 1800 WIB. Download juga kajian sebelumnya Hadits Arbain 30 – Allah Telah Menetapkan Kewajiban-Kewajiban Kajian Hadits Arbain 31 – Anjuran Untuk Menjadi Orang Zuhud عَنْ سَهْلٍ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ وَأَحَبَّنِيَ النَّاسُ؟ فَقَالَ اِزْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبَّكَ النَّاسُ» حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَغَيْرُهُ بِأَسَانِيْدَ حَسَنَةٍ. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi Radhiyallahu Anhu, beliau mengatakan, “Seseorang pria telah datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan dia mengatakan kepada beliau, Wahai Rasulullah, tunjukkanlah saya kepada satu amal yang kalau saya mengamalkannya maka Allah akan mencintai saya dan orang-orang akan mencintai saya.’ Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Zuhudlah dalam dunia, niscaya Allah akan mencintaimu. Dan zuhudlah pada apa-apa yang dimiliki oleh manusia, niscaya manusia akan mencintaimu.’” Hadits hasan, diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan selainnya dengan sanad hasan Perbincangan dari sahabat ini menunjukkan semangat mereka untuk meraih kebaikan. Kebaikan yang terkait dalam hadits ini adalah mendapatkan cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala dan cinta dari manusia. Ini adalah cita-cita yang sangat mulia. Kalau kedua cinta ini bisa kita kumpulkan, maka itulah yang terbaik. Tapi kalau seandainya tidak bisa dikumpulkan, kalau kita mengejar cinta Allah kita harus dibenci manusia, maka kita tahu sikap apa yang harus kita lakukan, yaitu mendahulukan cinta Allah diatas cinta manusia. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda مَنِ الْتَمَسَ رِضَا اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ رَضِيَ الِلَّهِ عَنْهُ وَأَرْضَى النَّاسَ عَنْهُ “Barangsiapa yang mencari ridha Allah dengan kemurkaan manusia, maka Allah akan ridha padanya dan Allah akan menjadikan manusia ridha kepada dia. وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللهِ سَخِطَ اللهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ النَّاسَ عَلَيْهِ “Dan barangsiapa yang mencari ridha manusia dengan mengorbankan ridha Allah, maka Allah akan murka padanya dan Allah akan menjadikan manusia murka kepadanya suatu saat.” HR. Ibnu Hibban Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak kajian yang penuh manfaat ini. Download mp3 Kajian Podcast Play in new window DownloadSubscribe RSS Lihat juga Hadits Arbain Ke 1 – Innamal A’malu Binniyat Mari raih pahala dan kebaikan dengan membagikan tautan ceramah agama “Hadits Arbain 31 – Anjuran Untuk Menjadi Orang Zuhud” ini ke jejaring sosial yang Anda miliki seperti Facebook, Twitter dan yang lainnya. Semoga menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Barakallahu fiikum. Dapatkan informasi dari Radio Rodja 756 AM, melalui Telegram Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui Facebook

KaliAqsol madinah akan membahas tentang zuhud berdasarkan pada hadits arbain yang ke 31. Jadi sebenarnya apa sih zuhud itu? Silakan simak videonya atau baca Bahaya adalah sesuatu yang bisa mendatangkan kecelakaan, seperti bencana, kesengsaraan, kerugian, dan sejenisnya. Sementara membahayakan, adalah kata kerja untuk sebuah tindakan yang mengancam keselamatan, atau mendatangkan bahaya kepada sesuatu atau orang lain. Demikian pemaknaan kata bahaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI. Nah, apa pentingnya membahas makna kata di atas? Ini berkaitan dengan apa yang akan dibahas dalam Syarah Hadits Arbain ke-31 dalam Kitab An-Nawawi. Hadits dimaksud yakni عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ سَعْدِ بْنِ مَالِكِ بْنِ سِنَانٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺقَالَ لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ»حَدِيْثٌ حَسَنٌ. رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَالدَّارَقُطْنِيُّ وَغَيْرُهُمَا مُسْنَدًا، وَرَوَاهُ مَالِكٌ فِي المُوَطَّأِ مُرْسَلاً عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى عَنْ أَبِيْهِ عَنِ النَّبِيِّ ﷺفَأَسْقَطَ أَبَا سَعِيْدٍ، وَلَهُ طُرُقٌ يُقَوِّي بَعْضُهَا بَعْضًا. Dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinan Al-Khudri ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan orang lain.” Hadits hasan riwayat Ibnu Majah, Ad-Daraquthni dan yang lain. Imam Malik dalam Al-Muwaththa’ dari Amr bin Yahya, dari ayahnya, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, tanpa menyebutkan Abu Sa’id, tetapi hadits ini memiliki jalur-jalur yang saling menguatkan Dharar adalah bahaya. Makna kata dharar dan dhirar di kalangan para ulama berbeda-beda. Karena itu, terjemahan dari sabda Nabi SAW “Laa dharar walaa dhiraar” bisa berbeda di antara para ulama. Selain makna terjemahan hadits di atas, ada juga yang memaknai, yakni Tidak boleh membahayakan orang lain dan tidak boleh membalas bahaya orang lain melebihi bahaya yang diberikannya. Syarah Hadits Arbain An-Nawawi yang diterbitkan oleh Darul Haq Ḍharar dan ḍhirar bermakna sama. Bedanya, hanya pada penekanan kata. Artuinya, tidak boleh sama sekali memberi dan mendatangkan mudarat bahaya bagi diri dan orang lain. Al-Tamhīd 20/157 Ḍharar berarti mendatangkan mudarat bagi orang lain sedangkan ḍirar berarti membalas mudarat orang lain dengan mudarat tidak sesuai syariat. Al-Wāfi hal. 240 Ḍharar berarti mendatangkan mudarat bagi orang lain yang menguntungkan diri sendiri sedangkan ḍiraar berarti mendatangkan mudarat bagi orang lain tanpa menguntungkan dirinya sendiri. Al-Ḥulal al-Bahiyah hal. 257 Ḍharar berarti tidak sengaja mendatangkan mudarat sedangkan ḍirar bermakna sengaja mendatangkan mudarat. Al-Ḥulal al-Bahiyah Dalam Syarah Hadits Arbain An-Nawawi yang diterbitkan oleh Darul Haq, yakni Laa Dharar artinya, seseorang tidak boleh membahayakan orang lain sehingga mengurangi suatu dari haknya. Walaa Dhiraar artinya, tidak boleh membalas bahaya kepada saudaranya, sedangkan ia tidak mengalami kerugian. Tidak boleh pula membalasanya dengan yang lebih banyak daripada bahaya yang dideritanya. Imam An-Nawawi berkata Laa Dharar artinya, tidak boleh salah seorang dari kalian membahayakan yang lainnya dengan tanpa hak, dan tidak boleh pula memulai kejahatan kepadanya. Walaa Dhiraar artinya, jangan membalas bahaya siapa yang membahayakanmu. Jika seseorang mencaci makimu, janganlah kamu balik mencacinya. Jika ia memukulmu, janganlah kamu memukulnya. Tetapi tuntutlah hakmu darinya kepada hakim dengan tanpa membalas terlebih dulu. Jika dua orang saling mencaci maki atau saling menuduh, maka tidak berlaku tuntut balas. Tetapi masing-masing berhak menuntut haknya di depan hakim. Imam Ibnu Daqiq berkata, ketahuilah bahwa siapa yang menimpakan bahaya kepada saudaranya, maka dia telah berbuat zalim kepadanya, dan kezaliman adalah haram. Hal ini dijelaskan dalam Hadits Arbain ke-24 sebelumnya, yakni Baca Juga Hadits Arbain 24 Janganlah Kalian Saling Menzalimi Dari Abu Dzar Al-Ghifary ra, dari Nabi SAW, dalam hadits qudsi yang beliau SAW riwayatkan dari Rabb-nya, bahwasanya Dia subhanahu wa ta’ala berfirman “Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Akupun jadikan kezaliman itu di antara kalian sebagai sesuatu yang haram. Maka janganlah kalian saling menzalimi.” HR. Muslim, no 2577 Imam Ibnu Daqiq mengatakan, kata dharar dan dhiraar keduanya adalah dua kata dengan satu makna. Keduanya disebutkan untuk saling menguatkan. Sementara Syekh Ibnu Utsaimin mengatakan, kata laa dharar artinya membahayakan itu dinafikan secara syar’i. Laa dharar adalah terjadi dengan tanpa disengaja. Sementara laa dhiraara adalah terjadi dengan disengaja. Intinya, Nabi SAW menafikan keduanya, disengaja atau tidak. Namun, laa dhiraar bahaya yang disengaja lebih berbahaya dibandingkan dengan laa dharar bahaya yang tak disengaja. Intinya, semua bentuk bahaya dilarang dalam Islam. Hadits ini melarang kita untuk melakukan dharar dan dhirar tanpa hak. Kita dilarang memulai membahayakan orang lain tanpa hak atau membahayakan orang lain dalam rangka membalas tapi tanpa hak. Jadi, semua bahaya yang tidak hak, maka itu semua dilarang oleh hadits yang agung ini. Adapun membahayakan yang hak, yaitu dalam rangka menegakkan syariat Islam, dharar dalam rangka menegakkan hukum Allah seperti qishash atau mencambuk orang yang berzina, merajam orang yang berzina dalam keadaan sudah pernah menikah, atau yang semacam itu, maka itu semuanya adalah dharar yang diperbolehkan dan dia dikecualikan dari hadits ini. Aza Itulahyang oleh banyak ulama dijelaskan sebagai definisi "meninggalkan dunia" dalam hadits arbain nawawi 31 ini. Sedangkan yang dimaksud dengan meninggalkan yang dimiliki orang-orang agar orang-orang mencintai anda adalah lebih kepada sedekah. Pada dasarnya manusia selalu menyukai uang, harta benda dan hal yang berbau keduniawian.
Sebelumnya sudah dibahas Kumpulan Hadits Arbain 26 sampai 30 pada pos Mari kita lanjut ke Kumpulan Hadits Arbain 31 sampai 35. Kumpulan Hadits Arbain lainnya Kumpulan Hadits Arbain 1 – 6 Kumpulan Hadits Arbain 7 – 10 Kumpulan Hadits Arbain 11 – 15 Kumpulan Hadits Arbain 16 – 20 Kumpulan Hadits Arbain 21 – 25 Kumpulan Hadits Arbain 26 – 30 Hadits Arbain 31 Sifat Zuhud عَنْ أَبي العَباس سَهلٍ بنِ سَعدِ السَّاعِدي رضي الله عنه قَالَ أتى النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ دُلَّنِيْ عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ، وَأَحبَّنِيَ النَاسُ؟ فَقَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم ازْهَدْ فِي الدُّنيَا يُحِبَّكَ اللهُ، وازْهَدْ فيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبَّكَ النَّاسُ حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه وَغَيْرُهَ بِأَسَانِيْدَ حَسَنَةٍ. Dari Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi radhiyallahu anhu berkata, “Ada seseorang datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam lalu berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amal yang apabila aku lakukan, Allah mencintaiku dan manusia juga mencintaiku.” Beliau menjawab, “Zuhudlah di dunia, maka Allah akan mencintaimu. Begitu pula, zuhudlah dari apa yang ada di tangan manusia, maka manusia akan mencintaimu.” HR. Ibnu Majah, no. 4102. Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 944 mengatakan bahwa hadits ini hasan. Hadits Arbain 32 Jangan Memberikan Mudharat عنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ سَعْدِ بنِ مَالِكٍ بْنِ سِنَانٍ الخُدْرِيِّ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه، وَالدَّارَقُطْنِيّ وَغَيْرُهُمَا مُسْنَدًا، وَرَوَاهُ مَالِكٌ في الْمُوَطَّأِ مُرْسَلاً عَنْ عَمْرٍو بْنِ يَحْيَى عَنْ أَبِيْهِ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْقَطَ أَبَا سَعِيْدٍ، وَلَهُ طُرُقٌ يُقَوِّي بَعْضُهَا بَعْضَاً. Dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinan Al-Khudri radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh memberikan mudarat tanpa disengaja atau pun disengaja.” Hadits hasan, HR. Ibnu Majah, no. 2340; Ad-Daraquthni no. 4540, dan selain keduanya dengan sanadnya, serta diriwayatkan pula oleh Malik dalam Al-Muwaththa’ no. 31 secara mursal dari Amr bin Yahya dari ayahnya dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam tanpa menyebutkan Abu Sa’id, tetapi ia memiliki banyak jalan periwayatan yang saling menguatkan satu sama lain [Hadits ini disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 250] Hadits Arbain 33 Menuntut Wajib Memiliki Bukti عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ “لَوْ يُعْطَى النَّاسُ بِدَعْوَاهُمْ لاَدَّعَى رِجَالٌ أَمْوَالَ قَومٍ وَدِمَاءَهُمْ، وَلَكِنِ البَيِّنَةُ عَلَى المُدَّعِي، وَاليَمِيْنُ عَلَى مَنْ أَنْكَرَ” حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ اْلبَيْهَقِيّ وغيره هَكَذَا بَعْضُهُ فِيْ الصَّحِيْحَيْنِ. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya setiap manusia dipenuhi tuntutannya, niscaya orang-orang akan menuntut harta dan darah suatu kaum. Namun, penuntut wajib datangkan bukti dan yang mengingkari dituntut bersumpah.” HR. Al-Baihaqi, no. 21201 dalam Al-Kubro seperti ini, sebagiannya diriwayatkan dalam Shahihain, yaitu Bukhari, no. 4552 dan Muslim, no. 1711. Hadits Arbain 34 Kewajiban Mengubah Kemungkaran عَنْ أَبِيْ سَعيْدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطعْ فَبِقَلبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإيْمَانِ رَوَاهُ مُسْلِمٌ. Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” HR. Muslim, no. 49 Hadits Arbain 35 Sesama Muslim Adalah Saudara عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم لاَ تَحَاسَدُوْا، وَلاَتَنَاجَشُوْا، وَلاَ تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَدَابَرُوْا، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخوَانَاً، الْمُسْلِمُ أَخُوْ الْمُسْلِمِ، لاَ يَظلِمُهُ، وَلاَ يَخْذُلُهُ، وَلاَ يَكْذِبُهُ، وَلايَحْقِرُهُ، التَّقْوَى هَاهُنَا – وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, janganlah saling tanajusy menyakiti dalam jual beli, janganlah saling benci, janganlah saling membelakangi mendiamkan, dan janganlah menjual di atas jualan saudaranya. Jadilah hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara untuk muslim lainnya. Karenanya, ia tidak boleh berbuat zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina yang lain. Takwa itu di sini–beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali–. Cukuplah seseorang berdosa jika ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya itu haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.’” HR. Muslim no. 2564 Cek sosial media kami diInstagram
31 Home > Hadits > 31 Hadits > 31. Perintah untuk Bersifat Zuhud. Post author: Abu Said; Post published: 19/05/2016; Post category: عَنْ أَبي العَباس سَهلٍ بنِ سَعدِ السَّاعِدي رضي الله عنه قَالَ: أتى النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم رَجُلٌ فَقَالَ
Sholawat Ya Rasulullah Salamun Alaik Ya Rofi Asyani Waddaroji Lirik Arab dan Terjemahannya Sholawat Ya Rasulullah Salamun Alaik Ya Rofi Asyani Waddaroji Lirik Arab dan Terjemahannya Admin mengenal sholawat ini sejak mondok di pesantren…
HadisKe-31. Dari Abul-Abbas Sahl bin Sa'd As-Sa'idi rodhiallohu 'anhu dia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Nabi sholallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, tunjukkan aku suatu amal, jika aku lakukan akau akan dicintai Alloh dan dicintai oleh manusia. 31. Zuhud Yang Hakikiعَنْ أَبِي الْعَبَّاس سَهْل بِنْ سَعْد السَّاعِدِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ياَ رَسُوْلَ اللهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ، فَقَالَ ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ .Dari Abul Abbas Sahl bin Sa’ad As Sa'idi radhiyallahu 'anhu dia berkata, “Seseorang pernah datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata, "Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku sebuah amalan yang jika aku kerjakan, Allah akan mencintaiku demikian juga manusia?" Maka Beliau bersabda, "Zuhudlah terhadap dunia, niscaya Allah akan mencintaimu dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia, niscaya manusia akan mencintaimu." Hadits hasan, diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad-sanad yang hasan.32. Larangan Menimpakan Bahayaعَنْ أَبِي سَعِيْدٍ سعْدُ بْنِ سِنَانِ الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلَّمَ قَالَ لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَDari Abu Sa'id, Sa’ad bin Sinan Al Khudri radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh melakukan perbuatan madharat bahaya yang mencelakakan diri sendiri dan orang lain." Hadits hasan, diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Daruqutni serta selainnya dengan sanad yang bersambung, juga diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Muwattha’ secara mursal dari Amr bin Yahya dari ayahnya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dia tidak menyebutkan Abu Sa’id. Akan tetapi hadits ini memiliki jalan-jalan yang menguatkan sebagiannya dengan sebagian yang lain.33. Bukti Harus Disiapkan Pendakwa dan Sumpah bagi Orang Yang Mengingkariعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم لَوْ يُعْطَى النَّاسُ بِدَعْوَاهُمْ، لاَدَّعَى رِجَالٌ أَمْوَالَ قَوْمٍ وَدِمَاءَهُمْ، لَكِنَّ الْبَيِّنَةَ عَلَى الْمُدَّعِيْ وَالْيَمِيْنَ عَلَى مَنْ أَنْكَرَ Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Seandainya setiap pengaduan manusia diterima, niscaya setiap orang akan mengadukan harta milik suatu kaum dan darah mereka. Oleh karena itu, bagi pendakwa harus mendatangkan bukti dan sumpah bagi yang mengingkari." Hadits hasan, diriwayatkan oleh Baihaqi dan lainnya, tetapi sebagiannya ada dalam As Shahihain.34. Mencegah Kemunkaran Sesuai Kemampuanعَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِDari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu anhu, ia berkata Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barang siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka rubahlah dengan lisannya dan jika tidak mampu, maka tolaklah dengan hatinya; yang demikian adalah selemah-lemah iman." HR. Muslim35. Persaudaraan Islamعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً . الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ . التَّقْوَى هَهُنَا –وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُDari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dia berkata Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Janganlah kamu saling mendengki, saling menipu, saling membenci dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kamu menjual sesuatu yang telah dijual oleh orang lain. Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak boleh menzaliminya dan membiarkannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Takwa itu disini -seraya menunjuk ke dadanya sebanyak tiga kali-. Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; terpelihara darah, harta dan kehormatannya.“ HR. Muslim36. Keutamaan Berkumpul Membaca Al Qur'anعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كاَنَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ. وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَأَ فِي عَمَلِهِ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ .Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, "Barang siapa yang menghilangkan satu kesulitan seorang mukmin di antara sekian kesulitan dunia, niscaya Allah akan menghilangkan satu kesulitan di antara kesulitan-kesulitan hari kiamat. Barang siapa yang memudahkan orang yang susah, niscaya akan Allah memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba-Nya mau menolong saudaranya. Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah berkumpul sebuah kaum di salah satu rumah Allah, membaca kitab Allah dan mempelajarinya sesama mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan dan rahmat, dan mereka akan dikelilingi malaikat serta akan disebut Allah di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya. Barang siapa yang lambat amalnya, maka nasabnya tidak dapat mempercepatnya." HR. Muslim dengan lafaz ini

Hadits Arba'in ke 31: Hakekat Zuhud (Bag.4) 📚 Al-Wafi; Imam Nawawi; DR.Musthafa Dieb al-Bugha. عَنْ أَبِي الْعَبَّاس سَهْل بِنْ سَعْد السَّاعِدِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ

Dua cinta, satu amalan. Itulah Zuhud. Zuhud pada dunia akan mencapai cinta Allah Ta’ala. Zuhud pada manusia, maka cinta manusia pun akan tergapai. Dan ini adalah pesan dari Nabi yang mulia dan agung, Rasulullah SAW. Hadits Arbain ke-31 membicarakan tentang cinta. Yaitu bagaimana meraih cinta Allah Ta’ala serta menggapai cinta manusia. Tema ini dipilih oleh seseorang yang datang kepada Nabi SAW dan menanyakan langsung kepada beliau. Dia bertanya, “Tunjukkanlah amalan, jika aku mengamalkannya, Allah Ta’ala dan manusia mencintaiku”. Rasulullah SAW bersabda عَنْ أَبي العَباس سَهلٍ بنِ سَعدِ السَّاعِدي رضي الله عنه قَالَ أتى النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ دُلَّنِيْ عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ، وَأَحبَّنِيَ النَاسُ؟ فَقَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم ازْهَدْ فِي الدُّنيَا يُحِبَّكَ اللهُ، وازْهَدْ فيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبَّكَ النَّاسُ حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه وَغَيْرُهَ بِأَسَانِيْدَ حَسَنَةٍ. Dari Abul Abbas Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi ra, ia berkata Seseorang telah datang kepada Nabi SAW lalu mengatakan Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku sebuah amalan yang apabila aku mengamalkannya Allah Ta’ala dan manusia mencintaiku, maka beliau SAW menjawab ”Bersikaplah zuhud terhadap dunia, niscaya Allah Ta’ala akan mencintaimu dan bersikaplah zuhud engkau terhadap apa yang ada pada manusia niscaya mereka akan mencintaimu.” Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah 4102, Ath Thabrani dalam al Kabir 5972, Abu Nu’aim dalam al Hilyah 3/253 dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 7/344. Meraih cinta Allah Ta’ala dan cinta dari manusia adalah dua kebaikan yang menjadi cita-cita sangat mulia. Jika keduanya dikumpulkan, maka itulah yang terbaik. Namun, cinta yang paling utama adalah cinta Ar-Rahman, cinta Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Namun, apa sikap jika mengejar cinta-Nya, sementara manusia membencinya. Maka yang harus didahulukan adala cinta Allah di atas cinta manusia. Tak jarang para nabi pun mendapat kebencian di kalangan ummat mereka karena mengejar cinta-Nya. Jangan takut, dengan cinta Allah, cinta manusia tidak akan sulit digapai jika Allah menghendaki. Terkait dengan hal ini, Rasulullah SAW memberikan petunjuk, yaitu beliau bersabda مَنِ الْتَمَسَ رِضَا اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ رَضِيَ الِلَّهِ عَنْهُ وَأَرْضَى النَّاسَ عَنْهُ “Barangsiapa yang mencari ridha Allah dengan kemurkaan manusia, maka Allah akan ridha padanya dan Allah akan menjadikan manusia ridha kepada dia.” وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللهِ سَخِطَ اللهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ النَّاسَ عَلَيْهِ “Dan barangsiapa yang mencari ridha manusia dengan mengorbankan ridha Allah, maka Allah akan murka padanya dan Allah akan menjadikan manusia murka kepadanya suatu saat.” HR. Ibnu Hibban Dalam Syarah Imam An-Nawawi, beliau berkata, zuhud adalah meninggalkan perkara dunia yang tidak dibutuhkan meskipun halal, dan membatasi diri pada kecukupan. Sedangkan wara’ adalah meninggalkan perkara syubhat. Seperti yang sering kita lihat, dua sifat inilah yang selalu tercermin pada diri ulama, yaitu zuhud dan wara’. Dari dua sifat itu lahirlah sifat-sifat sederhana, bersahaja, tawadu’, dan bijaksana. Jika dua sifat itu jauh, maka sikap gelamor akan mendominasi, elitis, bahkan mungkin berlebihan. Para ulama mengatakan, manusia yang paling berakal adalah orang-orang yang berzuhud. Karena mereka mencintai apa yang dicintai oleh Allah dan membenci apa yang dibenci oleh Allah berupa mengumpulkan kesenangan-kesenangan dunia. Imam Syafi’i berkata “Seandainya aku berwasiat kepada orang yang paling betrakal, maka hendaklah wasiat itu diberikan kepada orang-orang yang berzuhud. Ada pula sebuah syair tentang zuhud yang artinya cukup baik, yakni Jadilah seorang yang zuhud terhadap apa yang dikuasai tangan-tangan manusia. Niscaya engkau akan menjadi orang yang dicintai semua makhluk. Tidakkah engkau perhatikan singa yang tidak memakan santaoan mereka. Maka ia akan menjadi raja dalam sarang itu. Imam Syafi’i mengatakan tentang tercelanya dunia Siapa yang mencicipi dunia maka aku telah merasakannya. Didatangkan kepada kami kelezatannya dan azabnya. Aku tidak melihat kecuali tipu daya dan kebatilan. Seperti fatamorgana yang terlihat di permukaan gurun. Dunia tidak lain hanyalah bangkai tipuan. Yang diincar anjing-anjing yang bermaksud mengambilnya. Jika kamu menjauhinya maka kamu selamat. Jika kamu mengambilnya maka anjing-anjing itu berebut denganmu. Tinggalkan darimu hal-hal yang berlebihan. Karena itu haram dilakukan oleh jiwa yang bertakwa. Berkaitan dengan bait terakhir di atas, “Haram dilakukan oleh jiwa yang bertakwa“, Al-Baghawi mengatakan hal itu menunjukkan diharamkannya gembira dengan dunia. Al-Baghawi menegaskan itu ketika menafsirkan firman Allah وَفَرِحُوا۟ بِٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا “Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia” QS Ar-Rad 26 Kemudian yang dimaksud dengan dunia yang tercela ialah mencari yang lebih dari kecukupan. Ingat, kalau sekadar mencari kecukupan adalah wajib. Sebagian ulama menyebutkan, dunia tercela yang dimaksud adalah berkaitan dengan Qur’an Surat Ali Imran ayat 14 زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik surga.” Perhatikan akhir ayat di atas, “Itulah kesenangan hidup di dunia” bermakna kelebihan atau dunia yang tercela. Dalam Syarah Imam An-Nawawi, Imam Ibnu Daqiq berkata, ketahuilah bahwa Rasulullah SAW telah menganjurkan supaya menganggap kecil dunia dan berzuhud di dalamnya, dengan sabdanya “Jadilah kamu di dunia seolah-olah kamu sebagai orang asing atau musafir”. HR Bukhari no 6416 Beliau juga bersabda “Mencintai dunia adalah pokok segala kesalahan“. HR al-Baihaqi Masih dalam Syarah Imam An-Nawawi, Ibnu Utsaimin berkata, zuhud artinya tinggalkan di dunia apa yang tidak bermanfaat bagimu di akhirat. Maknanya, Rasulullah memotivasi untuk mencintai akhirat dengan memerintahkan ummatnya untuk berzuhud. Dikatakan, dunia dan akhirat adalah dua sisi, jika seorang berzuhud di salah satu keduanya berarti ia mencintai yang lainnya. Hemat penulis, cinta dunia berarti akhirat tertinggal. Cinta akhirat maka dunia yang akan ditinggalkan. Wallahu a’lam. Aza HaditsArbain Ke 34 - Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Hadits Arbain Ke 35 - Semua Muslim Bersaudara. Hadits Arbain Ke 36 - Hadits Tentang Tolong Menolong. Hadits Arbain Ke 37 - Allah Mencatat Kebaikan dan Keburukan. Hadits Arbain Ke 38 - Wali Allah Adalah Orang-Orang Yang Beriman dan Bertakwa.

loading... 3. Islam Dibangun di atas Lima Dasarعَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ البَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌDari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma dia berkata ”Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda ”Islam itu dibangun di atas lima dasar persaksian syahadat bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah subhanahu wa ta’ala dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, haji ke Baitullah dan puasa di bulan Ramadhan.” HR. Al Bukhari dan Muslim4. Takdir Setiap Manusia sudah Tertulisعَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ الـْمَصْدُوْقُ إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمَاً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الـْمَلَكُ فَيَنفُخُ فِيْهِ الرٌّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَالله الَّذِيْ لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلاذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَايَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا. رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, dia berkata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bercerita kepada kami, dan beliau adalah orang yang benar lagi dibenarkan ”Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama 40 hari berwujud nuthfah mani, kemudian menjadi alaqah gumpalan darah selama itu juga, kemudian menjadi mudghah gumpalan daging selama itu juga. Kemudian diutus seorang malaikat, lalu dia meniupkan ruh kepadanya, dan dia malaikat tadi diperintah untuk menulis 4 kalimat perkara tentang rezekinya, amalannya, ajalnya dan apakah dia termasuk orang yang sengsara atau Allah, Dzat yang tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian, benar-benar beramal dengan amalan penduduk jannah surga sehingga jarak antara dia dengan jannah itu tinggal sehasta. Namun dia didahului oleh al kitab catatan takdirnya sehingga dia beramal dengan amalan penduduk neraka, maka diapun masuk ke dalamnya. Dan sunguh, salah deorang dari kalian beramal dengan amalan penduduk neraka hingga jarak antara di dengan neraka tinggal satu hasta. Namun dia didahului oleh catatan takdir, sehingga dia beramal dengan amalan penduduk jannah, maka dia masuk ke dalamnya.” HR Al Bukhari dan Muslim5. Larangan Membuat Sesuatu yang Baru dalam Agamaعَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهَ وَسَلَّمَ “مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ” رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ. وَفِيْ رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ “مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهَ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ”“Dari Ummul Mukminin, Ummu Abdillah Aisyah radhiyallahu anha, dia berkata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Barangsiapa yang memulai mengada-adakan sesuatu yang baru dalam urusan agama kami ini yang bukan termasuk bagian darinya, maka amalan tersebut tertolak.” HR. Bukhari dan Muslim[1]Dalam riwayat Muslim disebutkan ”Barangsiapa yang mengerjakan sebuah amalan yang tidak terdapat padanya perintah kami, maka amalan tersebut tertolak.” HR al Bukhari 2697 dan Muslim 1718.6. Segala Hal yang Haram dan yang Halal telah Jelasعَنْ أَبِيْ عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بِشِيْر رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ إِنَّ الحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاس، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدِ اسْتَبْرأَ لِدِيْنِهِ وعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِيْ الحَرَامِ كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَقَعَ فِيْهِ. أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمَىً. أَلا وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ، أَلاَ وإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وإذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهيَ اْلقَلْبُ رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌDari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiyallahu anhu, ia berkata Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda ”Sesungguhnya perkara yang halal itu telah jelas dan perkara yang haram itu telah jelas. Dan di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang samar, tidak diketahui oleh mayoritas manusia. Barang siapa yang menjaga diri dari perkara-perkara samar tersebut, maka dia telah menjaga kesucian agama dan kehormatannya. Barang siapa terjatuh ke dalam perkara syubhat, maka dia telah terjatuh kepada perkara haram, seperti seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar daerah larangan hima, dikhawatirkan dia akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah, bahwa setiap raja itu mempunyai hima, ketahuilah bahwa hima Allah subhanahu wa ta’ala adalah segala yang Allah subhanahu wa ta’ala haramkan. Ketahuilah bahwa dalam tubuh manusia terdapat sepotong daging. Apabila daging tersebut baik maka baik pula seluruh tubuhnya dan apabila daging tersebut rusak maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah segumpal daging tersebut adalah kalbu hati. [HR. Al-Bukhari dan Muslim]7. Agama Ini adalah Nasehatعَنْ أَبِيْ رُقَيَّةَ تَمِيْم بْنِ أَوْسٍ الدَّارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قُلْنَا لِمَنْ؟ قَالَ للهِ، وَلِكِتَابِهِ، ولِرَسُوْلِهِ، وَلأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ، وَعَامَّتِهِمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌDari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad Dari radhiyallahu anhu, dia berkata “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda ”Agama itu nasihat.” Kami bertanya ”Untuk siapa?” Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab ”Untuk Allah, untuk kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk pemimpin kaum muslimin dan seluruh kaum muslimin.” HR Muslim no 558. Terjaganya Darah dan Harta Seorang Muslimعَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُوْلُ اللهِ وَيُقِيْمُوْا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوْا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ عَصَمُوْا مِنِّيْ دِمَاءَهَمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ تَعَالَى. رَوَاهُ اْلبُخَارِي وَمُسْلِمٌ“Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda ”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Maka apabila mereka telah melakukan itu semua, maka mereka telah melindungi darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak Islam dan perhitungan mereka hisab di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.” HR. Al- Bukhari dan Muslim

TerjemahHadits Ke 31 (KeTiga Puluh Satu) Kitab Arbain Nawawi Beserta arti dan Penjelasannya Ringkas Oleh terjemahan kitab Oktober 16, 2021 Kitab Arbain Nawawi atau Al-Arba'in An-Nawawiyah (Arab:الأربعون النووية) Arba'în berarti 40 , namun hadis dalam kitab ini tidak berjumlah persis 40, melainkan 42 hadits. E9bd.
  • ozuhsf9pi5.pages.dev/383
  • ozuhsf9pi5.pages.dev/53
  • ozuhsf9pi5.pages.dev/348
  • ozuhsf9pi5.pages.dev/493
  • ozuhsf9pi5.pages.dev/24
  • ozuhsf9pi5.pages.dev/75
  • ozuhsf9pi5.pages.dev/197
  • ozuhsf9pi5.pages.dev/119
  • hadits arbain ke 31