Home» makam ratu kencana wungu. Keranjang Belanja Anda. Jumlah Barang : pcs Rincian Selesai. Jumlah Nama Barang Total; 0 Rp 0,00; keranjang anda kosong * Klik tombol di bawah ini untuk menyelesaikan pemesanan. Selesaikan Pemesanan. Batu Mustika Ratu Ke. Rp 2.000.000. Stock : Tersedia. Lihat Detail Produk. Keris Pusaka Sakti Ranggalawe

Dari beberapa referensi yang ditemukan, terdapat Dua Versi Certita Tentang Sang Ratu Kencana Wungu yang banyak sekali beredar baik versi cetak maupun digital. Versi 1; Tribhuwana Wijayatunggadewi adalah penguasa ketiga Kerajaan Majapahit yang memerintah tahun 1328-1351. Dari prasasti Singasari 1351 diketahui gelar abhisekanya ialah Sri Tribhuwanotunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani. Silsilah Tribhuwana Nama asli Tribhuwana Wijayatunggadewi atau disingkat Tribhuwana adalah Dyah Gitarja. Ia merupakan putri dari Raden Wijaya dan Gayatri. Memiliki adik kandung bernama Dyah Wiyat dan kakak tiri bernama Jayanagara. Pada masa pemerintahan Jayanagara 1309-1328 ia diangkat sebagai penguasa bawahan di Jiwana bergelar Bhre Kahuripan. Silsilah Tribhuwana Nama asli Tribhuwana Wijayatunggadewi atau disingkat Tribhuwana adalah Dyah Gitarja. Ia merupakan putri dari Raden Wijaya dan Gayatri. Memiliki adik kandung bernama Dyah Wiyat dan kakak tiri bernama Jayanagara. Pada masa pemerintahan Jayanagara 1309-1328 ia diangkat sebagai penguasa bawahan di Jiwana bergelar Bhre Kahuripan. Menurut Pararaton, Jayanagara merasa takut takhtanya terancam, sehingga ia melarang kedua adiknya menikah. Setelah Jayanagara meninggal tahun 1328, para ksatriya pun berdatangan melamar kedua putri. Akhirnya, setelah melalui suatu sayembara, diperoleh dua orang pria, yaitu Cakradhara sebagai suami Dyah Gitarja, dan Kudamerta sebagai suami Dyah Wiyat. Cakradhara bergelar Kertawardhana Bhre Tumapel. Dari perkawinan itu lahir Dyah Hayam Wuruk dan Dyah Nertaja. Hayam Wuruk kemudian diangkat sebagai yuwaraja bergelar Bhre Kahuripan atau Bhre Jiwana, sedangkan Dyah Nertaja sebagai Bhre Pajang. Pemerintahan Tribhuwana Menurut Nagarakretagama, Tribhuwana naik takhta atas perintah ibunya Gayatri tahun 1329 menggantikan Jayanagara yang meninggal tahun 1328. Ketika Gayatri meninggal dunia tahun 1350, pemerintahan Tribhuwana pun berakhir pula. Berita tersebut menimbulkan kesan bahwa Tribhuwana naik takhta mewakili Gayatri. Meskipun Gayatri hanyalah putri bungsu Kertanagara, tapi mungkin ia satu-satunya yang masih hidup di antara istri-istri Raden Wijaya sehingga ia dapat mewarisi takhta Jayanagara yang meninggal tanpa keturunan. Tetapi saat itu Gayatri telah menjadi pendeta Buddha, sehingga pemerintahannya pun diwakili putrinya, yaitu Tribhuwana Tunggadewi. Menurut Nagarakretagama, Tribhuwana memerintah didampingi suaminya, Kertawardhana. Pada tahun 1331 ia menumpas pemberontakan daerah Sadeng dan Keta. Menurut Pararaton terjadi persaingan antara Gajah Mada dan Ra Kembar dalam memperebutkan posisi panglima penumpasan Sadeng. Maka, Tribhuwana pun berangkat sendiri sebagai panglima menyerang Sadeng, didampingi sepupunya, Adityawarman. Peristiwa penting berikutnya dalam Pararaton adalah Sumpah Palapa yang diucapkan Gajah Mada saat dilantik sebagai rakryan patih Majapahit tahun 1334. Gajah Mada bersumpah tidak akan menikmati makanan enak rempah-rempah sebelum berhasil menaklukkan wilayah kepulauan Nusantara di bawah Majapahit. Pemerintahan Tribhuwana terkenal sebagai masa perluasan wilayah Majapahit ke segala arah sebagai pelaksanaan Sumpah Palapa. Tahun 1343 Majapahit mengalahkan raja Kerajaan Pejeng Bali, Dalem Bedahulu, dan kemudian seluruh Bali. Tahun 1347 Adityawarman yang masih keturunan Melayu dikirim untuk menaklukkan sisa-sisa Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Malayu. Ia kemudian menjadi uparaja raja bawahan Majapahit di wilayah Sumatera. Perluasan Majapahit dilanjutkan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, di mana wilayahnya hingga mencapai Lamuri di ujung barat sampai Wanin di ujung timur. Nagarakretagama menyebutkan akhir pemerintahan Tribhuwana adalah tahun 1350, bersamaan dengan meninggalnya Gayatri. Berita ini kurang tepat karena menurut prasasti Singasari, pada tahun 1351 Tribhuwana masih menjadi raja Majapahit. Akhir Hayat Tribhuwana Tribhuwana Wijayatunggadewi diperkirakan turun takhta tahun 1351 sesudah mengeluarkan prasasti Singasari. Ia kemudian kembali menjadi Bhre Kahuripan yang tergabung dalam Saptaprabhu, yaitu semacam dewan pertimbangan agung yang beranggotakan keluarga raja. Adapun yang menjadi raja Majapahit selanjutnya adalah putranya, yaitu Hayam Wuruk. Tidak diketahui dengan pasti kapan tahun kematian Tribhuwana. Pararaton hanya memberitakan Bhre Kahuripan tersebut meninggal dunia setelah pengangkatan Gajah Enggon sebagai patih tahun 1371. Menurut Pararaton, Tribhuwanotunggadewi didharmakan dalam Candi Pantarapura yang terletak di desa Panggih. Sedangkan suaminya, yaitu Kertawardhana Bhre Tumapel meninggal tahun 1386, dan didharmakan di Candi Sarwa Jayapurwa, yang terletak di desa Japan. Versi 2; Tribhuwana Tunggadewi Kencono Wungu atau Tribhuwana Wijayatunggadewi 1328-1351 Tribhuwana Wijayatunggadewi adalah penguasa ketiga Majapahit yang memerintah tahun 1328-1351. Dari Prasasti Singasari 1351 dan piagam Berumbung tahun 1351 diketahui gelar abhisekanya ialah Sri Tribhuwanotunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani. Nama asli Tribhuwana Wijayatunggadewi disingkat Tribhuwana adalah Dyah Gitarja. Ia merupakan putri dari Raden Wijaya dan Gayatri. Memiliki adik kandung bernama Dyah Wijat dan kakak tiri bernama Jayanagara . Wafatnya Jayanegara menimbulkan polemik yang cukup rumit karena beliau belum memiliki keturunan. Sesuai catatan sejarah sejak kematian Jayanegara dibutuhkan waktu selama setahun untuk menunjuk siapa yang berhak menjadi ratu Majapahit. Sesuai dengan aturan silsilah kerajaan, yang berhak menggantikan Sri Jayanegara sebagai raja adalah saudaranya, salah satu dari putri Sri Gitarja dan Dyah Wyat. Sebelum pilihan dijatuhkan ke salah satunya, kekuasaan masih dipegang di tangan Ratu Gayatri, istri mendiang Raden Wijaya raja Majapahit pertama. Hal ini karena adanya potensi konflik yang dianalisis oleh Gajah Mada apabila penunjukan kekuasaan dilakukan secara tergesa-gesa. Analisis Gajah Mada berpusat pada kenyataan bahwa pengganti Sri Jayanegara sebagai raja Majapahit adalah seorang perempuan. Menilik pada sejarah, sebetulnya tidak menjadi masalah seorang perempuan menjadi Raja. Bukti nyatanya adalah putri Shima yang berhasil menegakkan kerajaan walaupun dia seorang perempuan. Walaupun demikian, Gajah Mada tidak bisa penyamarataan kondisi antara putri Shima dengan dua orang putri yang sama-sama berpotensi menggantikan Sri Jayanegara sebagai ratu Majapahit. Lambang Majapahit Gajah Mada berkesimpulan bahwa memang tidak masalah seorang perempuan menjadi raja asalkan didampingi oleh figur yang kuat. Nah, figur kuat ini berasal dari laki-laki yang nantinya mendampingi mereka sebagai kerajaan telah memilih para ksatria sebagai pendamping kedua putri tersebut. Sri Gitarja dijodohkan dengan Raden Cakradara. Sedangkan Dyah Wyat dijodohkan dengan Raden Kudamerta. Keduanya adalah penguasa-penguasa wilayah setingkat kabupaten yang menjadi bagian dari Majapahit. Bersamaan dengan wafatnya raja Sri Jayanegara, kedua putri kerajaan tersebut juga dinikahkan dengan pasangannya. Dan atas saran Gajah Mada akhirnya Ratu Gayatri menunjuk kedua putrinya untuk memimpin Majapahit. Menurut Nagarakretagama pupuh 49, Tribhuwana naik takhta atas perintah ibunya Gayatri tahun 1329 menggantikan Jayanagara yang tidak punya keturunan tahun 1328 yaitu 1 tahun setelah meninggalnya prabu Jayanegara. Nagarakretagama seolah memberitakan kalau takhta Jayanagara diwarisi Gayatri, karena ibu tirinya itu adalah putri Kertanagara. Mengingat Gayatri adalah putri bungsu, kemungkinan saat itu istri-istri Raden Wijaya yang lain sudah meninggal semua. Karena Gayatri telah menjadi pendeta, maka pemerintahannya pun diwakili oleh Tribhuwanotunggadewi. Menurut Pararaton, Jayanagara merasa takut takhtanya terancam, sehingga ia melarang kedua adiknya menikah. Pada masa pemerintahan Jayanagara 1309-1328 Tribhuwana Tunggadewi diangkat sebagai penguasa bawahan di Jiwana bergelar Bhre Kahuripan. Suami Tribhuwana bernama Cakradhara yang bergelar Kertawardhana Bhre Tumapel. Pada Piagam Trowulan Tahun 1358 dikatakan bahwa Kerthawardhana adalah keturunan Raja Wisnuwardhana di perkawinan itu lahir Dyah Hayam Wuruk dan Dyah Nertaja. Hayam Wuruk kemudian diangkat sebagai Yuwaraja bergelar Bhre Kahuripan atau Bhre Jiwana, sedangkan Dyah Nertaja sebagai Bhre Pajang. Celengan Peninggalan Majapahit Masa Pemerintahan Tribhuwana Nama nama pejabat pemerintahan Majapahit pada Jaman pemerintahan Raja Kertarajasa sesuai piagam Brumbung tahun 1329. 1. Mahamentri Katrini Rakyan Menteri Hino Dyah Anarjaya Rakyan Menteri Halu Dyah Mano Rakyan Menteri Sirikan Dyah Lohak 2. Sang Panca Wilwatika Rakyan Patih Majapahit Pu Krewes Rakyan Demung Pu Tanparowang Rakyan Kanuruhan Pu Blen Rakyan Rangga Pu Roda Rakyan Tumenggung Pu Wayuh Pemerintahan Tribhuwana terkenal sebagai masa perluasan wilayah Majapahit ke segala arah sebagai pelaksanaan Sumpah Palapa dari Patih Gajah Mada. Tahun 1343 Majapahit mengalahkan raja Kerajaan Bedahulu Bali Tahun 1347. Adityawarman yang masih keturunan Melayu dikirim untuk menaklukkan sisa-sisa Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Malayu. Adityawarman kemudian menjadi uparaja raja bawahan Majapahit di wilayah Sumatra. Perluasan Majapahit dilanjutkan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, di mana wilayahnya hingga mencapai Lamuri di ujung barat sampai Wanin di ujung timur. Pada masa awal pemerintahan Tribhuwana Wijayatunggadewi yang menjadi patih amangkubumi adalah Arya Tadah. Pada tahun saka 1251 Arya Tadah sakit, dan merasa sudah tidak mampu lagi mengemban tugas sebagai patih Amangku bumi. Arya Tadah kemudian mohon kepada sang Ratu agar membebaskannya dari jabatannya tersebut, namun permintaan tersebut masih ditolak karena belum menemukan orang yang tepat untuk menggantikan kedudukan tersebut. Arya Tadah merasa bahwa orang yang tepat untuk menggantikan kedudukannya sebagai patih Amangku Bumi adalah Gajah Mada karena Jasa jasanya terhadap Prabu Jayanegara dan penobatan Tribhuwana Wijayatunggadewi sebagai Ratu Majapahit. Arya Tadah kemudian mendekati Gajah Mada untuk maksud tersebut namun Gajah Mada masih enggan menerima tawaran tersebut. Setelah didesak terus akhirnya Gajah Mada menerima tawaran tersebut sepulang dari menumpas pemberontakan di Sadeng. Dari peristiwa tersebut dapat kita ketahui bagaimana hati hatinya Gajah Mada mengambil sikap terhadap orang lain. Gajah Mada tidak ingin mengambil kedudukan orang lain, namun mengharapkan kerelaan dari orang yang menduduki jabatan tersebut karena dengan kerelaan tersebut diharapkan kerjasama dirinya dengan pejabat yang lama yaitu Arya Tadah akan berjalan dengan baik. Peristiwa penting pada masa pemerintahan Tribhuwana Wijaya Tunggadewi Pemberontakan Sadeng Pada tahun 1331 terjadi pemberontakan di daerah Sadeng dan Keta. Gajah Mada mempunyai cita cita untuk menundukkan Sadeng terlebih dahulu sebelum menerima jabatan sebagai patih Amangku bumi. Mengenai Keta dan Sadeng, diceritakan bahwa kedua wilayah bagian Majapahit tersebut berniat memisahkan diri dari kerajaan Majapahit dan melakukan persiapan serius. Diantaranya adalah melakukan perekrutan besar-besaran terhadap warga sipil untuk dididik keprajuritan di tengah hutan Alas Larang. Tujuannya adalah memperkuat angkatan perang kedua wilayah tersebut, yang pada akhirnya akan dibenturkan terhadap kekuatan perang Majapahit. Pada saat itu, Majapahit juga menjalin hubungan dengan kerajaan Swarnabhumi, di pulau Sumatra. Kedatangan raja Swarnabhumi – Adityawarman - ke Majapahit digambarkan menggunakan kapal perang berukuran besar yang belum ada tandingannya dari kesatuan pasukan laut Majapahit. Adityawarman sendiri adalah saudara sepupu mendiang prabu Sri Jayanegara, sekaligus sahabat yang cukup dekat dengan Gajah Mada. Penggambaran besarnya ukuran kapal perang dari Swarnabhumi agaknya dimaksudkan sebagai cikal bakal adopsi teknologi yang menjadikan besarnya armada laut Majapahit kelak ketika kampanye penyatuan nusantara dimulai. Dilihat dari kekuatan gelar pasukan, kekuatan Keta-Sadeng bukanlah apa-apa dibanding dengan kekuatan pasukan Majapahit. Namun, dibalik kekuatan fisik pasukan segelar sepapan yang belum sebanding dengan pasukan Gajah Mada, Keta-Sadeng dilindungi oleh kesatria mumpuni yang sakti mandraguna. Ksatria ini adalah mantan pelindung Raden Wijaya, raja Majapahit yang pertama. Nama ksatria tersebut adalah Wirota Wiragati, terkenal dengan kesaktiannya memiliki ajian sirep, ajian panglimunan, dan kekuatan untuk mendatangkan kabut yang bisa menyulitkan daya penglihatan pasukan mana pun. Tetapi alangkah kecewanya Gajah Mada bahwa pengepungan Sadeng terjadi sebelum kedatangannya, Ra kembar mendahului maksud Gajah Mada. Mengetahui hal tersebut para Menteri Araraman dan Gajah Mada sangat marah. Gajah Mada kemudian mengirim 5 bengkel yang masing masing terdiri dari 5 orang untuk menghajar Ra Kembar. Mereka kemudian bertemu dengan Ra Kembar di hutan dan sedang duduk di sebuah dahan pohon yang roboh, seperti naik kuda dan tangannya memegang cemeti. Peninggalan Majapahit Para utusan kemudian menyampaikan kemarahan dari Gajah Mada dan bermaksud akan menghajar Ra kembar. Mengetahui serangan tersebut Ra kembar mencemeti dahi para utusan namun para utusan dapat menghindar dan melaporkan hal tersebut kepada Gajah Mada. Gajah Mada sangat kecewa karena cita citanya untuk menundukkan Sadeng tidak terlaksana karena telah didahului oleh Ra Kembar. Menurut Pararaton terjadi persaingan antara Gajah Mada Gajah Mada dan Ra Kembar dalam memperebutkan posisi panglima penumpasan Sadeng. Maka, Tribhuwana pun berangkat sendiri sebagai panglima menyerang Sadeng, didampingi sepupunya Adityawarman. Ra Kembar adalah putra bungsu Raja Pemelekahan, ia adalah prajurit yang tangguh dan ahli menunggang kuda serta menggunakan senjata cemeti. Dalam karangannya De Sadeng oorlog en de myte van groot Majapahit, Prof CC Berg menyamakan Sadeng tersebut dengan daerah Bali, seandainyq di Bali terdapat daerah bernama Sadeng dan Keta maka penyamaan tersebut akan mudah di pahami. Namun di daerah Bali tidak ada tempat yang bernama Sadeng maupun Keta. Prof CC Berg beranggapan bahwa kata Sadeng adalah kata wangsalan yang maksudnya Bali. Kata Sadeng berasal dari kata sedeng yang artinya lain atau beda. Kata beda hampir sama dengan kata Bada yaitu suatu kerajaan yang bernama Badahulu di daerah Bali. Sedangkan Keta dihubungkan dengan Kuta yaitu suatu daerah yang terdapat di Pulau Bali bagian selatan. Penyebutan dengan nama samaran yang demikian dimaksudkan untuk menyelubugi nama kota yang sebenarnya dimana hal tersebut berkaitan dengan adanya persekutuan Nusantara sejak jaman pemerintahan Prabu Kertanagara dari Singhasari. Kemenangan atas keta dan Sadeng memberikan kesadaran bahwa kekuatan Majapahit telah pulih kembali dan cita cita untuk mewujudkan politik Nusantara harus kembali diwujudkan. Setelah pulang dari penumpasan Sadeng, Gajah Mada kemudian diangkat menjadi Angabehi dan tidak beberapa lama kemudian diangkat menjadi Patih Amangku bumi sedangkan Ra Kembar diangkat menjadi Bengkel Araraman. Sumpah PalapaPatih Gajah Mada Peristiwa penting berikutnya dalam pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi adalah Sumpah Palapa yang diucapkan Gajah Mada saat dilantik sebagai rakryan patih Majapahit tahun 1334. Program politik Gajah Mada pada hakekatnya adalah kelanjutan gagasan Nusantara pada jaman pemerintahan Prabu Kertanagara sehingga lebih tepat disebut gagasan Nusantara II yaitu usaha untuk menyatukan kembali Negara Negara diseberang lautan yang lepas kembali pada masa pemerintahan prabu Kertarajasa dan Jayanagara ditambah dengan Negara Negara Nusantara lainnya. Oleh karena luasnya program Nusantara II ini banyak para menteri yang tidak bisa memahami bahkan malah mengejek, sehingga untuk mewujudkan gagasannya tersebut maka perintang perintang tersebut harus disingkirkan terlebih dahulu. Demikianlah akhirnya terjadi perubahan susunan menteri secara besar besaran pada masa awal kepemimpinan patih Gajah Mada dalam pemerintahan. Wilayah Kerajaan Majapahit sebelum tahun 1334 hanya meliputi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dari Kitab Nagarakertagama diketahui pelaksanaan program politik Nusantara dimulai dengan penyerangan terhadap Pulau Bali, serangan tersebut terjadi pada tahun saka 1265 atau Tahun tahun 1343 Masehi. Wafatnya Tribhuwana Wijaya Tunggadewi Tribhuwana Wijayatunggadewi diperkirakan turun takhta tahun 1351 sesudah mengeluarkan Prasasti Singasari. Ia kemudian kembali menjadi Bhre Kahuripan yang tergabung dalam Saptaprabhu, yaitu semacam dewan pertimbangan agung yang beranggotakan keluarga raja. Adapun yang menjadi raja Majapahit selanjutnya adalah putranya, yaitu Hayam Wuruk. Tidak diketahui dengan pasti kapan tahun kematian Tribhuwana. Pararaton hanya memberitakan Bhre Kahuripan tersebut meninggal dunia setelah pengangkatan Gajah Enggon sebagai patih tahun 1371. Perhiasan Emas Peninggalan Majapahit Menurut Pararaton, Tribhuwanotunggadewi didharmakan dalam Candi Pantarapurayang terletak di desa Panggih dan di candi Rimbi di sebelah barat daya Mojokerto, yang diwujudkan sebagai Parwati sedangkan suaminya, yaitu Kertawardhana Bhre Tumapel meninggal tahun 1386, dan didharmakan di Candi Sarwa Jayapurwa, yang terletak di desa Japan. " Dari sekilas semua cerita yang saya dapat dari berbagai nara sumber. Walaupun saya sendiri tidak tahu persis bagaimana cerita sejarah tentang Kerajaan Majapahit yang sangat Kontroversi. Intinya adalah kita sendiri juga mengambil hikmah apa yang beliau lakukan pada masa jaya kepimpinannya di jiwa kepimpinan ratu kita patut contoh bagaimana kita mempunyai sikap kepimpinan yang tegas, adil,melawan musuh.
DimaharkanMustika Kencana Wungu. Tentang Batu Mustika Kencana wungu? Pada masa kerajaan Majapahit, banyak tokoh yang memiliki kesaktian (kelebihan linuwih). Tak terkecuali salah satu ratu yang
Kisah Legenda Damar Wulan dan Ratu Kencana Wungu dari Kerajaan Majapahit di Jawa Timur Cerita Hikayat Raja Arief Imam – Wedding ilustration by Hidayat Said Artikel cerita rakyat Nusantara bersama blog The Jombang Taste sampai di Jawa Timur. Pada suatu masa, kerajaan Majapahit diperintah oleh seorang ratu bernama Kencanawungu. Parasnya elok dan cantik terkenal di mana-mana sehingga banyak raja-raja yang ingin mempersuntingnya. Begitu pula Adipati Minakjinggo dari kerajaan Blambangan. Adipati Minakjinggo akan menghancurkan Majapahit apabila pinangannya ditolak oleh Kencanawungu. Mengingat ancaman Minakjinggo dari kadipaten Blambangan yang kecil itu, Kencanawungu amat sedih dan murka sekali. Siang malam ia mohon pertolongan dewata. Kisah legenda rakyat Jawa Timur ini bermula pada suatu hari Kencanawungu mengutus Patih Logender untuk mencari seseorang yang bernama Damarwulan. Menurut Kencanawungu, Damarwulan yang akan dapat melindungi kerajaan Majapahit. Kebetulan Damarwulan adalah pembantu Patih Logender. Damarwulan adalah seorang ksatria yang tampan dan jujur. la adalah anak Udara, kakak Patih Logender. Patih Logender berputra tiga orang yaitu Anjasmara, Layang Seta, dan Layang Kumitir. Kedatangan Damarwulan dalam keluarga Logender menyebabkan kedua saudara Anjasmara menjadi iri hati. Keduanya menghasut ayahnya. Karena hasutan itu, Damarwulan yang diikuti Anjasmara diasingkan ke sebuah tempat. Akan tetapi, karena kepentingan Kencanawungu, Damarwulan dibebaskan dan diajaknya ke istana. Kencanawungu mengutus Damarwulan untuk membunuh Minakjinggo. Alangkah berat tugas dari Sri Ratu, namun dijalankannya tugas berat itu. Damarwulan adalah seorang ksatria yang pantang menyerah, lebih-lebih tugas itu dari Ratu Majapahit. Dengan bantuan istri Minakjinggo yang bernama Waito dan Puyengan, Damarwulan dapat memiliki pusaka Minakjinggo yang bernama Besi Kuning. Karena pusaka besi kuning adalah tumpuan nyawa Minakjinggo, maka dengan mudahnya Damarwulan mengalahkannya. Dalam perjalanan menuju Majapahit untuk melaporkan tugasnya, Damarwulan dihadang oleh Layang Seta dan Layang Kumitir. Karena tipu dayanya kedua orang itu dapat mengalahkan Damarwulan, dan dimasukkannya ke dalam sumur. Berkat bantuan ayahnya, Damarwulan dapat diselamatkan dan disuruh segera menghadap ke Majapahit. Demikian cerita rakyat Jawa Timur ini terus berlanjut. Layang Seta dan Layang Kumitir telah berada di hadapan Kencanawungu. Dilaporkannya bahwa ia berdua dengan mudah mengalahkan Minakjinggo. Tak Iama kemudian masuklah Damarwulan ke istana. Karena kedatangan ksatria itu, keduanya menjadi pucat dan takut sekali. Atas keadaan ini, Kencanawungu memakluminya. Maka diujilah ketiga ksatria itu untuk membuktikan kebenarannya. Semua penduduk menyaksikan pertarungan itu, tak ketinggalan pula Patih Logender sendiri. Karena ketangkasan dan kekuatan Damarwulan, Layang Seta dan Layang Kumitir dapat dikalahkan. Melihat kejadian ini, Ratu memutuskan bahwa yang benar adalah Damarwulan. Kemudian Damarwulan dijadikan suaminya. Patih Logender dengan kedua putranya, karena berbuat kesalahan mendapat hukuman yang setimpal. Begitulah nasib patih Logender yang melindungi kesalahan kedua putranya. Setelah Damarwulan menjadi raja, pemerintahannya berlangsung semakin adil, rakyatnya menjadi makmur serta hidup rukun. Raja dan permaisuri memerintah dan memimpin kerajaan Majapahit dengan baiknya. Pesan moral yang terkandung dalam kisah legenda Damar Wulan dari Jawa Timur ini adalah supaya kita selalu berperilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, amanat cerita rakyat Jawa Timur ini adalah kebenaran akan selalu mampu mengalahkan kejahatan. Semoga artikel legenda Damar Wulan dari Kerajaan Majapahit ini bisa menambah wawasan Anda. Sampai berjumpa dalam artikel The Jombang Taste selanjutnya. Daftar Pustaka Maryanto, Soemadji. 2008. Pelengkap IPS Cerita Rakyat Untuk SD. Jakarta Balai Pustaka. Artikel Terkait
MustikaRatu Ayu Kencana Wungu di dapatkan waktu olah batin di DiPantai Pangandaran yang Insya Allah sangat besar manfaat dan faedahnya.Penuggu Kodam alaminya Bernama Ratu Ayu Kencana Wungu karena di dalamnya terkandung energi yang sangat kuat, fungsi dan tuahnya berguna sebagai :Menetralisir aura negative dan membuka tabir kegelapan yang menjadi penghalang terbukanya aura yang memakai Mustika Mustika Ratu Kencono WunguMustika Ratu Kencono Wungu merupakan mustika bertuah yang indah serta mempesona selain itu mustika tersebut juga banyak digemari para pecinta mustika bertuah. Mustika ini memiliki warna ungu yang elegan dan bisa dipakai untuk laki-laki mapun Manfaat Bertuah Mustika Tersebut Insya Allah untuk Membuka Aura Ketampanan / Kecantikan. Membangkitkan simpul syarat pemikat tampil menawan mempesona. Kesehatan dan penolak energi menunjang derajat dimata siapapun disegani dan dihormati. Power Asihan memikat hati yang dikehendaki. Menunjang peningkatan ekonomi, hidup berlimpah rejeki. Menunjang karir dan posisi jabatan segala bidang pemerintahan, politik, hubungan suami istri. Keharmonisan hubungan pacar/kekasih. Membangkitkan Rasa Sayang dan Rasa Rindu. Kemudahan mencari pekerjaan dan mudah membangkitkan usaha bangkrut. Kemudahan mencari relasi dan mencari investasi, pinjaman modal. Kemudahan dalam meraih harta Usaha Dagang dan Bisnis Segala Bidang diberi jalan kelancaran dan terhindar dari kegagalan. Memudahkan meraih tender besar, baik tender bisnis maupun pencapaian dalam meraih Jin jahat dan terhindar dari gangguan ilmu sihir, ilmu hitam seperti santet, teluh, tenung, guna guna, dan masih banyak lagi khasiat positif Jenis ini bernama Batu Akik Anggur Ungu Yang Indah. Produk jenis ini ditemukan Tahun 1548. Tingkat Kekerasan Mohs. Ukuran Batu 31x16x10 milimeter. Stok Produk 1 buah. Asal Usul Mustika dari Penarikan Gunung Keramat. Mendapatkan Bonus Minyak Pusaka untuk Perawatan Mustika Jika Berminat Dengan Produk Ini Sebutkan Pada Admin Kode Produk P7506. Lihat Juga Produk Mustika Sumur Bandung Mata Emas. Call Center Pusaka Dunia / Dunia Pusaka PIN BBM PUSAKA Telephone +6281 222 886 456 Sms +6285 2939 88885 WhatsApp +6285 2939 88885 Line pusakadunia WeChat pusakadunia Instagram pusakaduniaGambar Foto Mustika Ratu Kencono Wungu Hanya di resize tanpa editan sama sekali, kami tampilkan jarak dekat sehingga anda bisa melihat tanpa ada yang di sembunyikan kekurangan dan kelebihannya. Bagi kami kejujuran dan kepuasan anda yang utama dan bukan mengutamakan keuntungan Cipta Gambar Foto Produk merupakan foto asli dari Pusaka Dunia sehingga jika ada penjual online dengan foto yang sama tanpa ijin. dipastikan penjual tersebut telah melakukan pencurian gambar foto hak cipta Pusaka Dunia. Harap Waspada Penipuan Online, Baca Ciri Ciri Toko Online TerpercayaCara Perawatan Mustika Ratu Kencono Wungu Secara Gaib Perawatan Secara Gaib sangatlah mudah, cukup menyandingkan Minyak Perawatan Pusaka dan membuka penutupnya, jika anda mau oleskan itu lebih baik. Lakukan satu malam penuh setiap Malam Jumat Kliwon atau Malam Selasa Kliwon atau Setiap Tanggal Lahir anda bisa pilih salah satu. Jika anda lupa memberi minyak tidak akan ada efek samping hanya energi Mustika kurang Perawatan Mustika Ratu Kencono Wungu Secara Secara Fisik tetap sangat dibutuhkan terutama bagi pecinta Batu Akik dan Batu Permata yang lebih mengutamakan keindahan Batu Mustika secara fisik. Cara Perawatan Batu Mustika dari segi fisik cucilah dengan air bersih setiap satu bulan sekali, lebih sering lebih baik. jangan menggunakan obat kimia, menggunakan sabun masih diperbolehkan, setelah dicuci keringkan dengan kain ekstra Mustika Dilarang menyembahnya karena hanya kepada Tuhan kita Wajib Menyembah, selebihnya karena proses mendapatkannya dengan jalan yang baik tanpa ada unsur perjanjian tumbal dengan para khodam dan para jin, maka mustika tersebut tidak ada pantangan sama sekali, bisa untuk semua agama, bisa dimiliki bagi yang Sudah atau Belum mempunyai Bacaan MustikaTidak ada karena merupakan Mustika Asli Alam dan Bukan Isian atau Asmaan. sehingga sudah efektif mempunyai kandungan energi bertuah sejak penarikan tanpa harus membaca mantra apapun, tanpa doa khusus dan jika menggunakan doa sesuai keyakinan Samping Mustika Saat lupa dalam memberi minyak, terbawa ke toilet, satu tempat dengan pusaka lain dan sebagainya, sangatlah aman dan tidak ada efek samping Warisan Mustika Bisa di wariskan ke anak, cucu, istri, saudara, kerabat, sahabat dan siapa pun, proses pemberian warisan Mustika cukup anda berniat dalam hati dengan penuh keikhlasan dan ketulusan yang paling Mahar Mustika Ratu Kencono Wungu Sangat terjangkau bukan karena mustika murahan, namun kami memaharkan mustika yang paling utama sebagai sarana menjalin silaturahmi dengan anda, dan tidak mengutamakan keuntungan semata. Karena itu kami persilahkan anda membandingkan dengan penjual lain, Insyaallah dari segi kualitas, pelayanan, harga mahar kami yang Mustika Tidak perlu kuatir karena kami memberikan Jaminan 100% Asli, Dijamin Natural Alami, dan Dijamin Bukan Sintetis buatan Mustika Terbukti Tidak Asli Batu Mustika Garansi Uang Kembali 3X Lipat dari mahar yang anda bayarkan, selengkapnya bisa baca di menu Wajib Baca Pusaka MustikaApabila anda masih kurang yakin dan kurang percaya dengan keaslian batu mustika tersebut, kami bisa membantu untuk menguji keasliannya di laboratorium batu mustika / gemstote sehingga anda akan mendapatkan sertifikat yang menjamin batu mustika tersebut natural asli alam. Himbauan Pembeli Mustika Mengingat kami mengutamakan kejujuran dan ingin menjalin silaturami serta kepuasan anda yang utama, sebaiknya teliti dan baca semua keterangan yang kami berikan, setelah memantapkan hati barulah anda meminang Mustika Tags Batu Mustika Bertuah, Mustika, Mustika Ratu Kencono Wungu

MustikaAlam | Batu Mustika | Benda Bertuah | Pusaka Gaib. Home; Batu Mustika; Benda Pusaka Bertuah. Mustika Merah Delima. Cara Pemesanan; Kesaksian Pelanggan

- Sepanjang sejarah berdirinya Kerajaan Majapahit, terdapat dua pemimpin perempuan. Salah satunya adalah Tribhuwana Tunggadewi 1328-1350, putri dari Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit. Selain Tribhuwana Tunggadewi, pada akhir kekuasaan Majapahit, terdapat satu perempuan yang kembali menempati posisi ratu, yaitu Dyah Suhita atau Ratu Kencono Kencono Wungu pun menjadi pemimpin perempuan terakhir di Kerajaan Majapahit. Lantas, siapa itu Ratu Kencoco Wungu atau Ratu Suhita? Baca juga Tribhuwana Tunggadewi, Ratu Majapahit Penakluk Nusantara Asal-usul Dyah Suhita Menurut NJ Krom, Ratu Suhita atau Dyah Suhita merupakan putri dari Bhre Wirabhumi. Hal ini berbeda dengan Kitab Pararaton, yang menjelaskan bahwa Dyah Suhita merupakan cucu dari Bhre Wirabhumi. Pendapat lain menyatakan bahwa Dyah Suhita merupakan putri penguasa kelima Majapahit, Wikramawardhana 1389-1429, dari selirnya. Ada juga yang menyatakan bahwa Dyah Suhita merupakan anak dari Wikramawardhana dengan Kusumawardhani. Sedangkan pendapat paling kuat menjelaskan bahwa Dyah Suhita adalah anak dari Wikramawardhana, yang memperistri putri kakak ipar sekaligus musuhnya. Terlepas dari perbedaan pendapat terkait asal-usulnya, Dyah Suhita merupakan putri yang menikah dengan Aji Ratnapangkaja. Aji Ratnapangkaja adalah salah satu pimpinan militer yang turut berperan dalam Perang Paregreg 1404-1406 melawan Bhre Wirabhumi dari Blambangan. Baca juga Kerajaan Majapahit Sejarah, Raja-raja, Keruntuhan, dan Peninggalan Menjadi Ratu Majapahit Setelah Bhre Wirabhumi kalah dalam Perang Paregreg dan terbunuh pada 1406, Wikramawardhana memimpin Majapahit hingga 1429. Sepeninggal Wikramawardhana, terjadi kebingungan siapa yang berhak memimpin Kerajaan Majapahit. Dalam Kitab Pararaton, disebutkan bahwa Wikramawardhana sempat menunjuk anaknya dari Kusumawardhani, yakni Rajakusuma atau Hyang Wekasing Putra, sebagai Hyang Wekasing Putra mati muda. Begitu pula dengan putra Wikramawardhana dari selirnya, Bhre Tumapel, yang juga meninggal. Keturunan Wikramawardhana hanya tersisa Dyah Suhita dan Bhre Kertawijaya, yang sama-sama dari selir. Akhirnya, Dyah Suhita ditunjuk sebagai pemimpin Majapahit karena lebih tua dari Bhre Kertawijaya. Dyah Suhita dilantik menjadi Ratu Majapahit pada 1429. Ada pendapat yang menyatakan bahwa Dyah Suhita merupakan orang yang sama dengan Ratu Kencana Wungu. Baca juga Siu Ban Ci, Bangsawan Muslim yang jadi Selir Raja Majapahit Bersama suaminya, Aji Ratnapangkaja, yang bergelar Bhatara Parameswara, Dyah Suhita memerintah Majapahit dari 1429 hingga 1447. Selama memimpin Kerajaan Majapahit, Dyah Suhita kembali menghidupkan kearifan lokal yang terabaikan karena polemik politik. Selain itu, ada pendapat yang menyatakan bahwa di era Dyah Suhita, kekuasaan atas Nusantara secara berangsur-angsur kembali ke Majapahit. Dyah Suhita juga mendirikan bangunan pemujaan di berbagai lereng gunung sebagai punden berundak, seperti di Gunung Penanggungan, Gunung Lawu, dan lain sebagainya. Meninggalnya Dyah Suhita Dyah Suhita menjadi Ratu Majapahit selama 18 tahun, hingga meninggal pada 1447. Sementara suaminya, Aji Ratnapangkaja, meninggal 10 tahun sebelumnya, yakni pada 1437. Baca juga 6 Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit Sepeninggal Dyah Suhita, Kerajaan Majapahit dipimpin oleh adiknya, Bhre Kertawijaya atau dikenal dengan Brawijaya. Hal itu karena Dyah Suhita dan Aji Ratnapangkaja tidak dikaruniai anak. Dyah Suhita menjadi perempuan kedua dan terakhir yang memimpin Majaphit, setelah sebelumnya Tribhuwana Tunggadewi memerintah dari 1328 hingga 1350. Referensi Ramadhan, Prasetya. 2021. Jejak Peradaban Kerajaan Hindu Jawa 1042-1527. Yogyakarta Araska Mardiyono, Peri. 2020. Sejarah Kelam Majapahit Jejak-Jejak Konflik Kekuasaan dan Tumbal Asmara di Majapahit. Yogyakarta Araska. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
BatuMustika Ratu Kencana Wungu ini akan langsung otomatis aktif dan dapat anda rasakan khasiat dan manfaatya ketika sudah berada di genggaman anda. Karena sebelum mustika ada di tangan anda, guru sesepuh kami akan meritualkan dan menyelaraskan energy mustika dengan si pemahar.
Senin, 3 Oktober 2016, 2129 SURABAYA, TRAVEL STORY 21,203 Views – MOJOKERTO. Kira-kira berjarak sekitar 30 meter dari kompleks makam Troloyo, Mojokerto, Jawa Timur. Makam Ratu Ayu Kencono Wungu berada. Sesuai dengan nama nya Wungu yang artinya Ungu Makam ini cungkupnya di cat warna ungu, warna yang anggun. Di balik cungkup di dalamnya terdapat dua makam yang berdampingan yakni Makam Gusti Ratu Ayu Kencono Wungu dan Makam Raden Ayu Anjasmoro. Menurut sejarahnya keduanya adalah istri dari Damarwulan Raja Majapahit. Untuk menjaga dari hal yang tidak di inginkan, pintu makam tersebut selalu di kunci, dan setiap peziarah yang ingin masuk lokasi makam harus meminjam kunci kepada Sanusi sebagai juru kunci makam. Pintu cungkup tersebut terbuat dari kayu jati berukir, politur warna coklat tua yang di depannya berdiri sebuah Gapura. Sebelah utara Pusara Ratu Ayu Kencana Wungu terdapat juga Makam, Tujuh namanya, yang berisikan 7 tokoh pada masa nya. Nama yg terdapat di Makam Tujuh diantara nya Suryo Noto, Suryo Dono, Gajah Permada, Sabdo Palon, Noyo Genggong, Reso Putro, Emban Kinasih. Ditempat tersebut di larang mengambil gambar. “Gambar tidak bisa jadi”. kata Mbah Rebam petugas perawat makam. Pengunjung paling banyak datang pada hari Kamis malam, Jum’at Legi pada kalender Jawa, bersama teman, keluarga atau rombongan. “Biasanya setelah berziarah dari kompleks Troloyo berlanjut ke makam Kencono Wungu Dan Makam Tujuh.” kata Muhammad Subhan peziarah asal Madura. Dwi Cahyono/Dir Check Also YANG KBS PERBUAT DI PERINGATAN HUT KE 106 – SURABAYA. Kebun Binatang Surabaya KBS saat ini telah memasuki usianya yang ke 106. … MustikaRaja Kencono Wungu Rp 350.000 Pesan via Whatsapp Pemesanan yang lebih cepat! Quick Order Deskripsi Info Tambahan Produk Terkait Mustika Khodam Pendamping Wanita Rp 315.000 Tersedia / A4831 Mustika Kristal Pelet Pemikat Pelanggan Rp 265.000 Tersedia / A1783 Mustika Lumut Hijau Pantai Selatan Rp 275.000 Tersedia / A92
TIMESINDONESIA, JAKARTA – TERSEBUTLAH seorang ratu bernama Dewi Suhita yang bergelar Ratu Ayu Kencana Wungu Suhita tahun 1429-1447. Ia adalah penguasa Kerajaan Majapahit ke-6. Di era pemerintahannya, Majapahit berhasil menaklukkan banyak daerah yang kemudian dijadikan sebagai bagian wilayah kekuasaan kerajaan yang berpusat di Trowulan. Salah satu kerajaan yang menjadi takhlukan Majapahit adalah Kerajaan Blambangan yang terletak di Banyuwangi. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang bangsawan dari Bali, Adipati Kebo Marcuet. Adipati ini terkenal sakti dan memiliki sepasang tanduk di kepalanya seperti Keberadaan Adipati Kebo Marcuet ternyata menghadirkan ancaman bagi Ratu Ayu Kencana Wungu. Meskipun hanya seorang raja taklukan, namun sepak terjang Adipati Kebo Marcuet yang terus-menerus merongrong wilayah kekuasaan Majapahit membuat Ratu Ayu Kencana Wungu cemas. Ratu Majapahit itu pun berupaya menghentikan ulah Adipati Kebo Marcuet dengan mengadakan sebuah sayembara untuk mengalahkannya. Siapapun yang berhasil mengalahkan Kebo Marcuet, maka akan dijadikan suaminya dan diangkat menjadi Adipati Blambangan yang baru. Sayembara itu diikuti oleh puluhan orang, namun semua gagal mengalahkan kesaktian Adipati Kebo Marcuet. Hingga datanglah seorang pemuda tampan dan gagah bernama Jaka Umbaran yang berasal dari Pasuruan Probolinggo. Ia adalah putera Ki Ajar Pamenger. Rupanya, Jaka Umbaran mengetahui kelemahan Adipati Kebo Marcuet. Maka, dengan senjata pusakanya gada wesi kuning gada yang terbuat dari kuningan, dan dibantu oleh Dayun, seorang pemanjat kelapa yang sakti, Jaka Umbaran berhasil mengalahkan Adipati Kebo Marcuet. Ratu Ayu Kencana Wungu sangat gembira dengan kekalahan Adipati Kebo Marcuet. Ia pun menepati janjinya dan menobatkan Jaka Umbaran menjadi Adipati Blambangan yang baru dengan gelar Menak Jinggo. Akan tetapi, Ratu Ayu Kencana Wungu menolak menikah dengan Jaka Umbaran karena pemuda itu tidak lagi tampan akibat pertarungannya dengan Adipati Kebo Marcuet. Jaka Umbaran alias Menak Jinggo tetap bersikeras menagih janji. Ia datang ke Majapahit untuk melamar Ratu Ayu Kencana Wungu meskipun pada saat itu ia telah memiliki dua selir, Dewi Wahita dan Dewi Puyengan. Lamaran Menak Jinggo bertepuk sebelah tangan karena sang Ratu tetap tidak sudi menikah dengannya. Penolakan itu membuat Menak Jinggo murka dan memendam dendam kepada Ratu Ayu Kencana Wungu. Untuk melampiaskan kemarahannya, Menak Jinggo merebut beberapa wilayah kekuasaan Majapahit Perang Paregrek. Tidak hanya itu, Menak Jinggo pun berniat untuk menyerang ibu kota Majapahit. Ratu Ayu Kencana Wungu sangat khawatir ketika mendengar bahwa Menak Jinggo ingin menyerang kerajaannya. Maka, ia pun menggelar sayembara kedua. Sekali lagi, puluhan pemuda turut serta dalam sayembara tersebut, namun tidak ada satu pun yang berhasil mengungguli kesaktian Menak Jinggo. Hal ini membuat sang Ratu semakin cemas. Saat kekhawatiran sang Ratu semakin memuncak, datanglah seorang pemuda tampan bernama Damarwulan. Pertarungan sengit antara dua pendekar sakti itupun terjadi. Keduanya silih-berganti menyerang. Namun, akhirnya Damarwulan kalah dalam pertarungan itu hingga pingsan terkena pusaka gada wesi kuning milik Menak Jinggo. Damarwulan pun dimasukkan ke dalam penjara. Rupanya, kedua selir Menak Jinggo, Dewi Wahita dan Dewi Puyengan terpikat melihat ketampanan Damarwulan. Mereka pun secara diam-diam mengobati luka pemuda itu. Bahkan, mereka juga membuka rahasia kesaktian Menak Jinggo. Pada malam hari, Dewi Sahita dan Dewi Puyengan mencuri pusaka Gada Wesi Kuning saat Menak Jinggo tidur terlelap. Pusaka itu kemudian diberikan kepada Damarwulan. Setelah menguasai senjata itu, Damarwulan pun kembali menantang Menak Jinggo untuk bertarung. Alangkah terkejutnya Menak Jinggo saat melihat sejata pusakanya ada di tangan Damarwulan. Menak Jinggo-pun tidak bisa melakukan perlawanan sehingga dapat dengan mudah dikalahkan. Akhirnya, Menak Jinggo Adipati Blambangan itu tewas oleh pusakanya sendiri. Damarwulan memenggal kepada Menak Jinggo untuk dipersembahkan kepada Ratu Ayu Kencana Wungu. Damarwulan pun berhak menikah dengan Ratu Ayu Kencana Wungu dan mendampinginya menjadi Raja Majapahit bergelar Brawijaya dengan dua pendampingnya Sabdapalon dan Noyogenggong. Pendahuluan Membaca Balambangansch Adatrecht karya De Stoppelaar 1927, kita dapat memahami bahwa ternyata yang mendikte sejarah Blambangan harus bermula dari Arya Wiraraja adalah Brandes yang didukung oleh Muhlefenfeld, Stoppelaar, dan sebagainya. Brandes tidak bisa membedakan antara Blambangan dengan Lamajang Tigangjuru-nya Arya Wiraraja. Juga pendapat Brandes mengenai Bhre Wirabhumi. Kesalahan besarnya adalah menyamakan Mandala Wirabhumi dengan Kerajaan Blambangan, dan Stoppelaar menyamakan Bhre Wirabhumi dengan tokoh Menak Jinggo. Kita tidak akan pernah menemukan sejarah Blambangan dalam karya mereka. Justru mereka membahas Lamajang Tigangjuru, loncat ke Mandala Wirabhumi dan melompat jauh ke Kabupaten Banyuwangi. Menelusuri mitos Menak Jinggo merupakan hal yang sangat menarik untuk mengungkap apakah sosok ini tokoh fiktif atau nyata?. Namanya adalah nama gelar ataukah nama sesungguhnya?, Apakah satu orang atau beberapa orang?. Dan yang paling utama, mengingat tokoh ini sangat diidentikkan dengan Blambangan dan Banyuwangi. Apakah Menak Jinggo berkaitan dengan Blambangan dalam hal ini Banyuwangi atau tidak? Penelusuran ini mengarah kepada sisi politik dimana Blambangan selalu diadu secara paksa melawan Majapahit dan Mataram, termasuk adudomba antara Hindu melawan Islam. Padahal fakta-fakta prasasti tidak pernah mengatakan adanya hal itu, karena Blambangan saya yakini belum berdiri saat Majapahit ada. Kecuali fanatisme sebagian kecil kita yang di Banyuwangi sebagaimana orang daerah lain yang selalu merasa bahwa daerahnya lebih hebat dari daerah lain. Menganggap bahwa Blambangan baru ada setelah tahun 1400-an bukan berarti menjadikan wilayah Ujung Timur Pulau Jawa ini sebagai tanah tak bertuan di tahun-tahun sebelum itu. Walau belum ada bukti catatan tertulis, namun peradaban pernah ada di Alas Purwo Tegaldlimo Banyuwangi, Kendeng Lembu Glenmore Banyuwangi, Kawah Ijen Banyuwangi, Situs-situs Megalitik di Bondowoso, Jember, dan Situbondo, juga Candi-candi di Jember, Lumajang, dan Probolinggo. Dapat disebutkan beberapa nama seperti Kerajaan Purwacarita dalam Babad Tanah Jawi dan Kerajaan Ijennagari/Tarumpura dalam Suluk Balumbung. Juga nama Sadeng, Ketah, Pakembangan, Patukangan, Lamajang dan sebagainya dalam Negarakertagama yang kesemuanya menggambarkan adanya peradaban tua yang sudah ada sebelum Blambangan ada di wilayah timur Jawa ini. Seperti Keraton Jogjakarta Hadiningrat yang berdiri diatas reruntuhan Kerajaan Mataram Jawa. Kerajaan Mataram Jawa berdiri diatas reruntuhan Kesultanan Pajang. Kesultanan Pajang berdiri diatas reruntuhan Kerajaan Pengging. Kerajaan Pengging berdiri diatas reruntuhan Mandala Pajang wilayah Bhre Pajang era Majapahit. Mandala Pajang berdiri diatas reruntuhan Kerajaan Boko/Prambanan. dan seterusnya. Banyuwangi, Jember, Sitobondo, Bondowoso, Lumajang, dan Probolinggo juga berdiri dari reruntuhan Kerajaan Blambangan. Blambangan berdiri dari reruntuhan Mandala Wirabhumi dan Pakembangan serta Kadipaten Balumbung era Majapahit. Kadipaten Balumbung dan Mandala Wirabhumi berdiri dari reruntuhan Majapahit Kedhaton Wetan. Majapahit Kedhaton Wetan berdiri dari reruntuhan Kerajaan Lamajang Tigangjuru, dan seterusnya. Menurut saya, kita tidak perlu memaksakan nama Kerajaan Blambangan sudah ada sejak tahun sekian atau abad sekian. Fakta yang saya dapatkan nama itu benar-benar ada pada tahun 1705 saat Prabu Danurejo membangun ibukota baru di Alas Kebhrukan Muncar yang disebut sebagai Kutharaja Blambangan situs stinggil, Umpak Songo, dll. Nama kerajaan pun tidak disebutkan dan jika diyakini Blambangan ada kaitannya dengan Hayam Wuruk, maka kerajaan itu lebih tepat jika disebut Kadipaten Balumbung, seperti tertulis dalam Negarakertagama. Kita perlu mengingat bagaimana nama Kedhaton Singhasari ibukota lebih terkenal sebagai nama keraajaan daripada Tumapel yang merupakan nama sesungguhnya. Demikian pula Kedhaton Blambangan ibukota yang lebih popular daripada nama Balumbung. Asal Mula Nama Blambangan Nama Blambangan berasal dari kata Pa-lumbu-an. Lumbu di Jawa biasa disebut Talas/Suweg/ Walur/Lateng/Bunga bangkai. Mungkin ini alasannya mengapa Kedhaton Menak Cucu/ Menak Jinggo III di Candi Bang daerah Wongsorejo disebut Baluran dari kata Walur dan Ibukota Blambangan di Rogojampi disebut Kutho-Lateng. Blambangan bisa juga berasal dari kata Pa-lambang-an yang dasarnya adalah Lambang/simbol, yaitu Simbol Dewa Siwa Lingga-Yoni yang merujuk pada pendapat bahwa Gunung Semeru/Meru/Mahameru yang ada di wilayah Blambangan dianggap sebagai Kailasa tempat Dewa Siwa beristana. Jadi Mahameru yang merupakan Simbol Siwa itu ada di wilayah Pa-lambang-an yang karenanya kemudian disebut Blambangan. Nama Ba-Lumbung dapat dilihat di Negarakretagama dalam pupuh XXVIII. Saat itu kunjungan Hayam Wuruk ke daerah timur Majapahit ke suatu daerah yang disebut Patukangan Panarukan/Situbondo. Di sana raja menerima para mentri Majapahit dari Bali, Madura, dan Ba-lumbung andalannya. Diperkirakan menteri yang ikut hadir di Patukangan mewakili Balumbung adalah Sira Dalem Sri Bhima Chili Kepakisan, karena dialah yang diangkat oleh Gajah Mada menjadi Adipati setelah pemberontakan Mpu Nambi berhasil dipadamkan tahun 1318. Kata lumbung disini berarti tempat menyimpan bahan pangan. Artinya, daerah ini adalah negeri subur yang gemah ripah loh jinawi. Dengan argument tersebut, terungkap fakta tentang Blambangan; bahwa Kerajaan Lamajang Tingangjuru bukan Majapahit Kedhaton Wetan dan bukan pula Wirabhumi bukan Blambangan. Blambangan bukan hanya Banyuwangi. dan Blambangan tidak pernah berperang melawan Majapahit Trowulan. Bhre Wirabhumi dan Menak Jinggo Cerita masyarakat selama ini menyebut bahwa di Blambangan hanya ada Adipati bernama Kebo Marcuet yang mengancam kekuasaan Ratu Majapahit Kencono Wungu Prabustri Sri Suhita. Lalu sang ratu mengadakan sayembara untuk mengalahkan Kebo Marcuet dan siapa yang bisa mengalahkannya akan diangkat menjadi adipati Blambangan yang baru. Kemudian tampillah Jaka Umbaran yang berhasil mengalahkan Kebo Marcuet dan kemudian Jaka Umbaran diangkat menjadi adipati Blambangan bergelar Menak Jinggo. Belakangan Adipati Menak Jinggo ingin merebut tahta Majapahit dan memperistri Kencono Wungu. Untuk menolak hal itu, Kencono Wungu mengadakan sayembara kedua. Siapa yang bisa membinasakan Menak Jinggo akan dijadikan suami. Kemudian muncullah tokoh Damarwulan yang sanggup mengalahkan Menak Jinggo. Selama ini kisah Damarwulan melawan Menak Jinggo hanya kita simak sepotong dari dua kisah diatas. Pertama, Kebo Marcuet dikalahkan Jaka Umbaran alias Menak Jinggo. Kedua, Menak Jinggo dikalahkan Damarwulan. Kita hanya mengingat tentang kisah Damarwulan memenggal kepala Menak Jinggo, tapi kisah Kebo Marcuet justru kita lupakan. Sekarang mari kita pilah satu persatu; Pertama, tentang Gelar Kebo, adalah gelar bangsawan keturunan raja. Identifikasi tentang tokoh Kebo Marcuet ini identik dengan putera seorang raja, lebih tepatnya putera Prabu Hayam Wuruk. Kita selama ini hanya mengenalnya sebagai Bhre Wirabhumi, seorang putera Hayam Wuruk dari selir. Karena kurangnya wawasan sejarah, kita pun tidak mengetahui nama siapa nama aslinya. Padahal dalam Prasasti Biluluk diungkapkan bahwa dia bernama Bhattara Rajanatha, jadi inilah nama asli Bhre Wirabhumi. Selanjutnya, arti kata Bhre dalam nama Bhre Wirabhumi adalah berasal dari kata Bhattara i Raja di…, artinya Bhre Wirabhumi adalah raja di wilayah Wirabhumi. Atau Wirabhumi atau Bumi/Tanah nya Wira Arya Wiraraja tentu adalah daerah Lamajang dan Tigangjuru Pasadehan/Pasuruan, Banger/Probolinggo, dan Patukangan/Situbondo. Jadi sudah jelas bahwa Bhre Wirabhumi adalah raja di wilayah Wirabhumi yang mencakup; Lumajang, Pasuruan timur, Probolinggo, dan Situbondo barat, dimana Blambangan tidak termasuk di dalamnya. Sekarang kita sudah mengetahui bahwa raja di Wirabhumi Bhre Wirabhumi yang merupakan Kebo, anak raja Hayam Wuruk ini bernama asli Bhattara Rajanatha. Dalam legenda dia disebut sebagai Kebo Marcuet. Dalam identifikasi ini saya menyamakannya dengan tokoh Bhre Wirabhumi II yaitu Aji Rajanata Dyah Kebo Marcuet dalam Suluk Balumbung. Bhattara memiliki makna sepadan dengan Aji. Disebut Bhre Wirabhumi II karena sebelum bergelar Bhre ada satu tokoh lagi yang menjadi Bhre di Wirabhumi, yakni Negarawardhani, dialah Bhre Wirabhumi I. Kedua, identifikasi selanjutnya adalah mengenai siapa sosok Jaka Umbaran yang berhasil mengalahkan Kebo Marcuet. Perang antara Jaka Umbaran sebagai panglima perang Majapahit dengan Bhre Wirabhumi II Bhattara Rajanatha Dyah Kebo Marcuet inilah yang dalam Pararaton disebut dengan Paregrek tahun 1402-1406. Setelah Bhre Wirabhumi II Aji Rajanatha Dyah Kebo Marcuet kalah, maka Jaka Umbaran diangkat sebagai adipati menggantikannya. Disini jelas bahwa Ratu Kenconowungu tidak ingkar janji karena telah mengangkat Jaka Umbaran sebagai raja menggantikan Kebo Marcuet. Setelah menjadi raja yang baru, tokoh Jaka Umbaran yang menang sayembara pada tahun 1406 itu kemudian bergelar Adipati Menak Jinggo. Jadi jelas bahwa putera Hayam Wuruk yang menjadi Bhre Wirabhumi itu bukanlah Menak Jinggo karena gelar Menak Jinggo diberikan untuk Jaka Umbaran. Artinya, Menak Jinggo bukan putera Hayam Wuruk dari selir. Karena putera raja itu bergelar Kebo, yaitu Kebo Marcuet, dan justru dia-lah yang dikalahkan oleh Jaka Umbaran alias Menak Jinggo. Dalam sejarah Suluk Balumbung menyebut bahwa tokoh Joko Umbaran ini adalah nama lain dari Raden Gajah yaitu pimpinan pasukan pengawal istana Majapahit. Jabatannya adalah seorang Bra Narapati, karena itu dia juga dikenal sebagai Raden Gajah Narapati. Dia adalah putera dari Bima Sakti Kepakisan, yang dalam Babad Dalem disebut sebagai adipati Pasadehan/ Pasuruan. Maka ketika dia menjadi Bhre Wirabhumi III setelah berhasil mengalahkan Kebo Marcuet, dia memindahkan pusat pemerintahannya ke wilayahnya sendiri di Banger/ Probolinggo. Jaka Umbaran alias Raden Gajah adalah seorang Bra Narapati menjadi Bhre Wirabhumi III dengan ibukota di Banger/Probolinggo bergelar Menak Jinggo. Memberontak Kepada Majapahit Saat ini kita tidak melanjutkan pembahasan tentang Kebo Marcuet atau Bhre Wirabhumi II Aji Rajanatha putera Hayam Wuruk. Namun yang sedang kita lacak adalah siapa yang memberontak kepada Majapahit. Raden Gajah Narapati alias Menak Jinggo, dialah yang mengobarkan perang Banger tahun 1433 karena lamarannya terhadap Kenconowungu ditolak. Saat itu, Majapahit menggelar sayembara kedua dan muncul sosok Damarwulan mengalahkan Menak Jinggo. Damarwulan adalah putera dari Prabu Wikramawardhana Dyah Gagak Sali dengan selirnya Dyah Aniswari puteri dari Bhre Wirabhumi II Aji Rajanatha Dyah Kebo Marcuet. Setelah mengalahkan Menak Jinggo dia tidak menikah dengan Ratu Kenconowungu yang merupakan kakak tiri beda ibu dengannya. Dia diangkat menjadi raja di Palembang. Sejarah mencatatnya sebagai Arya Damar atau Arya Dilah. Semangat perjuangan Menak Jinggo itulah yang kemudian oleh masyarakat Banger/Probolinggo diabadikan sebagai nama supporter bola mereka. The Lasminggo Laskar Menak Jinggo pendukung Persipro Persatuan Sepakbola Probolinggo. Menak Jinggo tidak pernah disebut dalam fakta sejarah berdasarkan Prasasti, yang ada justru Sang Muggwing Jinggan yang artinya penguasa di Jinggan’ yaitu sebuah daerah di wilayah Keling/Kediri. Sang Muggwing Jinggan ini adalah gelar dari Pangeran Wijayaparakrama Dyah Samarawijaya yang memberontak pada pemerintahan Prabu Singhawikramawardhana Dyah Suraprabhawa di Majapahit tahun 1478. Jadi sebutan bahwa Penguasa Jinggan adalah pemberontak itu lebih tepat disematkan pada tokoh Dyah Samarawijaya ini. Dikaitkan dengan Blambangan Dari ketiga sumber diatas; baik Bhre Wirabhumi II Aji Rajanatha Dyah Kebo Mercuet, dan Bhre Wirabhumi III Jaka Umbaran/Raden Gajah Narapati/Menak Jinggo, maupun Dyah Samarawijaya Sang Muggwing Jinggan, jelas bahwa ketiganya tidak ada yang berkuasa di Ujung Timur Jawa. Lalu bagaimana bisa Menak Jinggo kemudian dianggap sebagai Raja Blambangan?. Untuk memutus mata rantai sejarah yang akan diwariskan pada generasi yang akan datang, kompeni memang sengaja memerintahkan tangan-tangan lokal-nya untuk menulis ulang dan menyebarkan sejarah Blambangan yang baru versi mereka. Maka dari itu muncullah kisah-kisah kontroversial tentang Blambangan, dimana ciri khasnya adalah menjadikan Blambangan selalu pada posisi sebagai objek dan cenderung antagonis dalam sejarah daerah-daerah lain yang hanya dibahas secara sekilas. Pada saat Kompeni memerintahkan penulisan legenda Damarwulan melawan Menak Jinggo menjadi Serat Kanda atau Serat Damarwulan, yang berkuasa di Blambangan saat itu adalah Pangeran Mas Sepuh alias Pangeran Jingga Danuningrat 1736-1764. Semua mafhum bahwa selama ini kompeni selalu menerapkan politik devidet et impera kepada lawan-lawannya, termasuk kedua tulisan itu juga digunakan untuk mengadudomba antara Jawa dengan Blambangan. Antara orang Mataraman dengan orang Blambangan. Karena itu kemudian kompeni mendeskreditkan penguasa Blambangan dengan tuduhan dan hinaan sebagai seorang raja raksasa tak bermoral berkepala Anjing, kakinya pincang, bicaranya cadel, dan buruk rupa. Pangeran Jingga Danuningrat dituduh sebagai keturunan Bali yang tak berhak berkuasa di ujung timur Jawa. Pangeran Jingga Danuningrat dituduh keturunan dari pemberontak. Dan Pangeran Jingga Danuningrat dituduh dengan berbagai macam tuduhan yang sangat tidak manusiawi. Kemudian namanya dikait-kaitkan dengan istilah Jinggan dan Jinggo untuk menguatkan kesan kebenaran cerita dalam Serat Kandha atau Serat Damarwulan, bahwa Pangeran Mas Sepuh alias Pangeran Jingga Danuningerat Raja Blambangan yang sedang berkuasa saat mitos ini ditulis adalah sama dengan tokoh Menak Jinggo. Beredarnya Serat Damarwulan tentu semakin menyudutkan penduduk dan para pejuang Blambangan dalam Perang Bayu 1771-1772 agar kian terpinggir dan dibenci sekaligus ditakuti karena dianggap bukan keturunan manusia. Adipati Mangkunegara IV Raden Mas Sudira, yang berkuasa tahun 1853-1881 diperintahkan untuk membuat sendratari dengan lakon Damarwulan Menak Jinggo. Setelah Adipati Mangkunegara IV mangkat pada tahun 1881, Belanda menempatkan salah satu puteranya yg bernama Harya Suganda menjadi Bupati Banyuwangi keenam 1881-1888 agar proses penyebaran cerita Menak Jinggo lebih maksimal. Babad-babad tersebut kemudian sengaja banyak diedarkan pada abad 18 dan 19. Cerita-cerita tutur dibuat dan disebarkan melalui para pendongeng keliling yang dibiayai kompeni. Setelah Generasi saksi mata banyak yang meninggal, maka muncullah generasi-generasi yang hanya mendengar cerita dari pendongeng keliling yang sengaja disebar kompeni tersebut. Akibatnya muncul banyak versi tentang satu kejadian yang sama dalam Sejarah Blambangan yang di masa kemudian membingungkan generasi anak-cucu. Sejarah Blambangan kini tertutupi oleh mitos dan kental dengan adu domba. Kompeni Belanda sengaja membuat jurang pemisah atas dasar perbedaan etnis dan agama, serta menumbuhkan perpecahan di masyarakat dengan adudomba atas nama Agama, Suku, dan Daerah. Padahal jika kita melihat dalam sejarah Blambangan secara lengkap, sebenarnya Blambangan itu tidak asing dengan budaya pluralisme-nya. Maka Menak Jinggo yang sekarang kita pahami di Banyuwangi ini telah tumpang tindih. Kita harus jeli agar bisa melihat dan membedakan keempat tokoh berikut; Pertama, yang merupakan putera Hayam Wuruk adalah Bhre Wirabhumi II yaitu Aji Rajanatha Dyah Kebo Mercuet. Kedua, yang melamar Suhita atau Kenconowungu adalah Bhre Wirabhumi III yaitu Jaka Umbaran alias Raden Gajah Narapati alias Menak Jinggo. Ketiga, yang berkuasa di Jinggan dan memberontak pada Majapahit adalah Sang Muggwing Jinggan, Pangeran Wijayaparakrama Dyah Samarawijaya. Keempat, yang merupakan raja Blambangan adalah Pangeran Mas Sepuh/Pangeran Jingga Danuningrat. Empat tokoh beda masa dan beda kronologis sejarahnya itu telah dicampur aduk menjadi satu tokoh benama Menak Jinggo dengan segala kebejatan dan keburukan moralnya lalu disematkan sebagai Raja Blambangan oleh lawan politiknya. Penutup Selama ini kita menganggap Bhre Wirabhumi II putera Hayam Wuruk adalah sosok Menak Jinggo. Padahal Menak Jinggo yang selama ini kita bela sebenarnya lebih tepat adalah Jaka Umbaran alias Raden Gajah Narapati adalah raja Ywangga atau Banger alias Probolinggo. Mungkin jika kita mengkultuskan sosok Menak Jinggo sebagai ikon Banyuwangi sangatlah kurang wajar dan tidak logis. karena berdasarkan sejarah atau cerita rakyat dan letak geografis, Menak Jinggo adalah berasal dan meninggal di Probolinggo, bukan di Banyuwangi. Disamping itu, masyarakat Probolinggo juga membuktikan kecintaan pada rajanya ini dengan mengabadikannya sebagai julukan untuk suporter Persipro yaitu “The Lasminggo” Laskar Menak Jinggo. Kita sebagai rakyat Banyuwangi, jika tidak jeli akan pemalsuan sejarah oleh Belanda ini kemudian membela habis-habisan sosok Menak Jinggo, raja Wirabhumi III yang justru bertahta di Probolinggo. Selama ini kita membantah Menak Jinggo yang digambarkan sebagai raksasa, kejam, cadel, buruk rupa, berkepala anjing, pincang, bengis, licik, dengan segala keburukan lainnya, dan membelanya dengan mengatakan bahwa Menak Jinggo adalah sosok yang tampan, gagah perkasa, pemberani, dan setia sehingga layak kita agungkan dan kita bangun patungnya di seantero wilayah untuk membuktikan bahwa Menak Jinggo tidak seperti yang diceritakan selama ini. Tapi sayangnya, yang kita bela dan kita sanjung-sanjung itu ternyata bukanlah raja Blambangan. Sudah seharusnya kita mempelajari sejarah kita lebih dalam lagi, bukan hanya bermodal katanya dan katanya, tapi berdasarkan sumber yang benar, yang tentu bukan karangan Belanda. Agar kita dapat mengenali siapa saja raja-raja Blambangan dan adakah dalam silsilah raja-raja Blambangan itu sosok bernama Menak Jinggo?. Sinisme antara Jawa atau Mataraman dengan Blambangan harus diakhiri. Adudomba warisan Belanda itu harus disudahi. Bagaimanapun akan sangat lucu, karena Belanda yang mengadudomba telah pulang ke negaranya, namun kita dengan setia dan tulus ikhlas tetap melestarikan adudomba nya itu. Ketika kedua belah pihak sama-sama saling membenci dan mencurigai, maka persatuan di Banyuwangi tidak akan terjadi. Dan jika persatuan tidak terjadi, maka penjajahan gaya baru pun akan terus abadi.* * Penulis Mas Aji Wirabhumi, Banjoewangie Tempo Doeloe dan Blambangan Kingdom X-Plorer** Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

TIMESINDONESIA JAKARTA - TERSEBUTLAH seorang ratu bernama Dewi Suhita yang bergelar Ratu Ayu Kencana Wungu (Suhita: tahun 1429-1447). Ia adalah penguasa Kerajaan Majapahit ke-6. Di era pemerintahannya, Majapahit berhasil menaklukkan banyak daerah yang kemudian dijadikan sebagai bagian wilayah kekuasaan kerajaan yang berpusat di Trowulan.

Mustika Spesial Tribuana merupakan batu mustika bertuah yang memiliki corak pamor dan bentuk motif yang indah, corak pamor dan perpaduan warnanya sangat unik dan langka Manfaat Bertuah Mustika Spesial Tribuana Insya Allah untuk Membangkitkan Kekuatan Magis Pengasihan Dahsyat yang Membantu Menaklukan Hati Hingga Tak Berdaya dan Mengikuti kehendak Hati pemilik, Namun ingat janganlah Sombong karena semua bisa terjadi atas kehendak Sang Pencipta. Produk Jenis ini bernama Batu Akik Pamor Tribuana Produk jenis ini ditemukan Tahun 1548. Tingkat Kekerasan Mohs. Ukuran Batu 37x28x5 milimeter. Stok Produk Mustika Spesial Tribuana 1 buah. Asal Usul Mustika Spesial Tribuana dari Penarikan Gunung Keramat. Mendapatkan Bonus Minyak Pusaka untuk Perawatan Mustika Spesial Tribuana. Jika anda berminat dengan Mustika Spesial Tribuana ini sebutkan pada admin Kode Produk P1730Call Center Pusaka Dunia / Dunia Pusaka PIN BBM PUSAKA Telephone +6281 222 886 456 Sms +6285 2939 88885 WhatsApp +6285 2939 88885 Line pusakadunia WeChat pusakadunia Instagram pusakaduniaGambar Foto Mustika Spesial Tribuana Gambar foto produk yang ditampilkan ini merupakan gambar asli dan hanya di resize tanpa editan sama sekali, kami tampilkan gambar dengan jarak yang dekat sehingga anda bisa melihat dengan jelas produk pusaka dunia tanpa ada yang di sembunyikan sama sekali antara kekurangan dan kelebihan dari produk tersebut. Karena bagi kami kejujuran merupakan yang paling utama dan tidak hanya itu saja, karena kepuasan dari anda juga merupakan yang paling utama. Karena itulah pusaka dunia bukan mengutamakan keuntungan Perawatan Mustika Spesial Tribuana Secara Gaib Cara perawatan yang dilakukan secara gaib tergolong sangatlah mudah, hanya cukup dengan menyandingkan Minyak Perawatan Pusaka dan membuka penutupnya, jika anda mau oleskan minyak tersebut itu lebih baik. Lakukan hal tersebut satu malam penuh setiap Malam Jumat Kliwon atau Malam Selasa Kliwon atau Setiap Tanggal Lahir anda bisa pilih salah satu. Jika anda lupa memberi minyak tidak akan ada efek samping apapun, yang akan terjadi hanya energi dari Mustika menjadi kurang Perawatan Mustika Spesial Tribuana Secara Fisik perawatan yang dilakukan secara fisik tetap sangat dibutuhkan terutama bagi pecinta Batu Akik dan Batu Permata yang lebih mengutamakan keindahan Batu Mustika secara fisik. Cara Perawatan Batu Mustika dari segi fisik ini juga mudah saja dan tidak menyulitkan cukup cucilah dengan air bersih setiap satu bulan sekali, lebih sering dilakukan juga lebih baik, asalkan jangan menggunakan obat kimia, namun jika menggunakan sabun masih diperbolehkan, setelah dicuci keringkan kembali dengan kain ekstra halus agar kehalusan dan keindahan mustika tetap terjaga dengan Mustika Spesial Tribuana Pantangan daripada Produk ini adalah dilarang menyembahnya karena hanya kepada Tuhan kita Wajib Menyembah, selebihnya karena proses mendapatkannya dengan jalan yang baik tanpa ada unsur perjanjian tumbal dengan para khodam dan para jin, maka mustika tersebut tidak ada pantangan sama sekali, bisa untuk semua agama, dan bisa dimiliki bagi yang Sudah memiliki pusaka atau bagi yang belum memiliki pusaka sama Bacaan Mustika Spesial Tribuana Mantra bacaan apa yang harus diucap dari produk ini ? Sesungguhnya untuk produk ini tidak ada mantra sama sekali karena merupakan Mustika Asli Alam dan Bukan Mustika Isian atau Asmaan sehingga sudah efektif mempunyai kandungan energi bertuah sejak penarikan tanpa harus membaca mantra apapun, tanpa doa khusus dan jika menggunakan doa sesuai agama serta keyakinan anda sendiri itu akan lebih Samping Mustika Spesial Tribuana Sangat banyak sekali pertanyan mengenai tentang efek samping dari mustika saat lupa dalam melakukan perawatan secara gaib, melakukan perawatan secara fisik, memberi minyak, maupun terbawa ke toilet, satu tempat dengan pusaka lain dan lain sebagainya, dengan jelas pusaka dunia menjamin jika terjadi hal-hal tersebut tenang saja karena itu sangatlah aman dan tidak ada efek samping negatif sama sekali yang akan mencelakakan ataupun mengganggu pemilik produk Warisan Mustika Spesial Tribuana Jadi mustika bisa di wariskan ke anak, cucu, istri, saudara, kerabat, sahabat dan kepada siapa pun itu. bagaimana cara memberikan warisabnnya proses pemberian warisan Mustika cukup anda berniat dalam hati dengan penuh keikhlasan dan ketulusan yang paling dalam untuk mewariskan mustika kepada orang yang ingin anda beri warisan Mahar Mustika Spesial Tribuana Harga Mahar dari produk ini sangat terjangkau bukan karena mustika murahan, melainkan kami memaharkan mustika yang paling utama sebagai sarana menjalin silaturahmi dengan anda, dan tidak mengutamakan keuntungan semata. Karena itu kami persilahkan anda membandingkan dengan penjual lain, Insyaallah dari segi kualitas, pelayanan, harga mahar kami yang terbaik dibandingkan dengan yang Mustika Spesial Tribuana Bagaimana tentang keaslian produk ini ? Tentang keaslian mustika tidak perlu kuatir karena kami memberikan Jaminan 100% Asli, Dijamin Natural Alami, dan Dijamin Bukan Sintetis buatan dari Manusia. Karena banyak sekali penjual mustika yang ternyata mustika yang dijualnya sintetis atau palsu. Pusaka Dunia menjamin produk ini asli dan bukan sintetis buatan Mustika Spesial Tribuana Garansi Adalah Jika Mustika Terbukti Tidak Asli, Maka Akan Mendapatkan Garansi Uang Kembali 3X Lipat dari mahar yang telah anda Mustika Spesial Tribuana. Garansi Uang Kembali 3X Lipat salah satu fasilitas layanan Pusaka Dunia dalam memberikan jaminan dan garansi kepada pembeli batu mustika bahwa semua Produk Mustika Pusaka Dunia Asli Natural dan Dijamin Bukan Sintetis, maka dari itu bagi pembeli batu mustika pusaka dunia tidak perlu kawatir adanya batu mustika palsu di pusaka dunia. Selengkapnya bisa baca di menu Wajib Baca Pusaka Pembeli Mustika Spesial Tribuana Mengingat pusaka dunia mengutamakan kejujuran dan ingin menjalin silaturami antar sesama dengan harmonis. Selain itu kepuasan anda adalah yang paling utama, sebaiknya teliti dan baca semua keterangan yang telah kami berikan sebelum meminang, setelah sudah jelas dengan keterangan yang kami berikan lalu barulah mantapkan hati anda, setelah itu silahkan anda meminang produk Mustika Spesial Tribuana yang pusaka dunia Spesial TribuanaPusaka Dunia yang paling banyak dicari di google antara lain makam ratu kencana wungumustika kencana wungu, biodata kencana wungu paranormal, kencana wungu supranatural, profil kencana wungu paranormal, kencana wungu paranormal, ratu kencana glodok, anindika widya ratu kencana wungu, makam damar wulan, cerita damarwulan asli, minak jinggo, pusaka ratu kencana wungu, ratu kencana wungu damarwulan, harga batu kencana wungu, mustika bertuah alami, mustika bertuah murah, jual batu mustika, mustika bertuah ampuh, benda bertuah paling ampuh, mustika paling ampuh untuk pengasihan, mustika paling ampuh di tanah jawa, kayu bertuah paling ampuh, pusaka ampuh suharto, mustika paling sakti di dunia, pusaka paling ampuh untuk memikat wanita, pusaka paling ampuh di tanah jawa, azimat pemikat Batu Mustika Bertuah, Mustika, Mustika Spesial Tribuana
MustikaRatu Kencana WunguMustika yang yang kami dapatkan pada bulan Muharram / Suro tepatnya tanggal 7 kemaren, dihuni berkhodam sosok ghaib berpakaian kebe Dimaharkan mustika ratu kencana wungu, mustika yang kami dapatkan dari pesisir pantai selatan ini mempunyai khodam berwujud sesosok wanita cantik yang selalu mengenakan pakaian berwarna ungu dan hijau didalam setiap kehadiranya. Mustika yang langka dan unik ini berguna dan bermanfaat untuk Memancarkan aura positif dari luar maupun dalam bak bidadari kayangan Membuat banyak orang terkagum-kagum dari cara bicara maupun tingkah laku. Memunculkan sikap wibawa yang menjadikan anda disegani Menumbuhkan cinta dipandangan pertama Membuat pasangan maupun rumah tangga menjadi harmonis Pagar ayu yang membuat pasangan tidak mungkin selingkuh Melancarkan karir,maupun usaha semakin maju dan berkembang tanpa pesaing Membuat lawan bertekuk lutut Sebagai pelancar rezeki,menarik rezeki dengan 4 penjuru pintu mata angin Bisa untuk bermain pil/wil Melancarkan negosiasi dan mudah untuk memenangkan tender Serta masih banyak manfaat lain dari mustika ini TevJm.
  • ozuhsf9pi5.pages.dev/183
  • ozuhsf9pi5.pages.dev/223
  • ozuhsf9pi5.pages.dev/382
  • ozuhsf9pi5.pages.dev/205
  • ozuhsf9pi5.pages.dev/465
  • ozuhsf9pi5.pages.dev/371
  • ozuhsf9pi5.pages.dev/33
  • ozuhsf9pi5.pages.dev/115
  • pusaka ratu kencana wungu